Asuransi Kesehatan PhD Student di Nomi City Jepang tanpa Beasiswa


Sebagai PhD student tanpa beasiswa, saya mendapatkan gaji sebagai part time Researcher di program Doctor Research Fellow (DRF) dengan gaji 1,600 Yen per jam, standar lulusan Master degree, maksimal 23 jam per pekan. Sebanyak apapun kerja siang malam, hanya bisa dibayar 23 jam per pekan. Masih ada jatah 5 jam lagi untuk baito, akan tetapi saya tidak sempat baito karena siang malam research dan menulis. Sempat di akhir tahun PhD dapat kesempatan baito menjadi tutor junior Master Student asal Jogja.

Sensei Asisten Profesor di Lab juga menganjurkan agar jangan tergoda dengan baito, tapi tingkatkan research dan perbanyak hasil, nanti akan menikmati buahnya. Karena ada saja kasus yang baito, jadi terlena, sehingga researchnya berantakan. Akhirnya menggangu kelulusan. Walaupun ada juga yang tetap bisa manage waktu dengan baito. Senada, sensei Full Professor di Lab juga bahkan melarang kami belajar bahasa Jepang jika researchnya terganggu. Jadi selama belum ada hasil research masih dilarang belajar bahasa Jepang dengan serius. Lampu hijau untuk belajar bahasa Jepang baru diberikan ketika sudah mau lulus. Sensei bilang, kalau mau bikin jaringan dengan orang Jepang, baiknya belajar bahasa Jepang.

Karena saya mendapatkan gaji rutin dari kampus sebagai part time Researcher, maka laporan gaji ini masuk ke Tatsunokuchi City Hall. Salah satu efeknya adalah ke besaran biaya Asuransi Kesehatan yang harus saya bayarkan untuk sekeluarga 5 orang. Tiap bulan saya harus bayar sekitar 14 ribu Yen.

Kemudahan bagi penerima beasiswa adalah beasiswa dianggap sebagai hibah atau hadiah, bukan gaji. Sehingga tidak dimasukkan ke dalam komponen kenaikan pembayaran asuransi. Teman yang memakai beasiswa seperti DIKTI, membayar asuransi jauh lebih murah, karena dianggap gaji jauh lebih rendah.

Asuransi kesehatan di Nomi City ini berlaku dengan hanya membayar 30 persen dari tagihan dokter dan obat di Rumah Sakit bagi orang dewasa. Dan gratis pengobatan biaya dokter dan obat bagi anak-anak. Awalnya gratisnya anak-anak dengan bayar 30 persen kemudian direimburse ke city Hall. Kemudian sistem diperbaiki menjadi anak-anak langsung gratis berobat di rumah sakit. Karena dana tipis di mana gaji bulanan harus dipotong asuransi dan juga tuition fee, jadinya perlu hemat. Yang sering berobat adalah anak-anak karena gratis. Bagi kami orang dewasa, 30 persen masih terasa mahal karena bisa dibelikan makanan. Jadi kamk orang dewasa jarang berobat.