Liburan yang Menyenangkan ga selalu mahal


By Eva Jumiyanti

Ga harus selalu mahal untuk berlibur, ternyata. Banyak hal yang bisa di lihat Farras Fatih untuk belajar.

Ada beberapa tempat yang bisa aziz family rekomendasiin :

1. Yang terbaru pengalaman kami, setelah hampir 2 tahun di Bandung adalah ke Bandara Internasional Husein Sastranegara. Baru tahu tempat ini dikasih info dari pak satpam yang ada di RS Emma, waktu periksa ke obgyn, pas pulang, bapaknya seneng lihat F2 yang aktif. Pak satpam nyaranin, coba deh pak, main ke masjid habiburrahman, bandara, saya suka ngajak anak saya lihat pesawat mendarat atau terbang, katanya. Saya cuma senyum-senyum aja, dalam hati, apa ga malu, datang kesana cuma mau lihat pesawat landing/take off. Ga sengaja, kemarin sore suami bilang kalau mau ke bandara, dah deket dari jl. wastu kencana, sambil nunggu hasil lab jadi, katanya. OK, alhasil, F2 bener-bener antusias. Pas nyampe, saya ga nyangka, ternyata ga hanya keluarga kecil kami dengan Libero yang setia 4 tahun nemenin kemana-mana. Di sana rame juga, dari yang sengaja bawa kamera canggihnya, yang bawa mobil pribadi, parkir dan mengajak anak-anaknya untuk melihat pesawat komersil ini. Fatih yang tadinya tidur, begitu dibilang, Fatih bangun, itu ada pesawat, langsung duduk, dan nyari2 dimana pesawatnya. Subhanallah, reaksi yang heboh anak2 ekspresikan, F2 bercerita dengan antusias. Bahkan bekal nasi-sop daging yang dibawapun, sampai habis. Alhamdulillah… bahagia berlipat yang dirasa, karena makanan habis, anak2 senang, kami juga senang bisa melihat reaksi buah hati, dan tanpa ada biaya masuknya. Nikmat yang luar biasa. Sholat maghrib di masjid Habiburrahman. Suami bilang disini tempat i’tikaf ramadhan. Ohhh…di sini toh tempat i’tikaf yang pernah diomongin waktu liqo. Wah…subhanallah, besar banget. Tapi Farras punya kesan sendiri dengan masjid ini. Katanya kenapa masjidnya besar betul umi, tapi sepi? Farras takut umi, sepi..(di tempat wudhu memang sepi banget, kecuali kami bertiga aja).

 

2. Hal yang sangat disenangi F2 selain lihat pesawat, adalah umi, boleh ga lihat air mancur? Pertanyaan ini, diutarain kalau pergi ke kampus abinya, ITB. Di sana ada kolam air mancur Indonesia Tenggelam. Tiga hari lalu, ke kampus bareng abi, sambil cek barang di Istek Salman, F2 minta ke air mancur. OK, i say. Sampai di sana, walaupun berkali-kali ke sana, berkali-kali juga ga da rasa bosan menikmati petualangan F2. Saya cuma duduk menunggu. F2 berlari, Farras menikmati air mancur yang tertiup angin, sampai basah bagian depan gamisnya, berteriak takjub melihat pelangi yang terbentuk dari percikan air dan sinar matahari. Fatih tertegun sebentar, berlari lagi. Sempat mati air mancurnya, F2 cerianya meredup. Begitu air mancurnya hidup lagi, F2 berteriak kegirangan dan berlarian lagi. F2 juga begitu menikmati memperhatikan penjaga kebun yang lagi membersihkan lubang air mancur bagian lainnya yang tersumbat. Sepertinya mereka sangat menikmati, sampai si bapak tersenyum karena diperhatikan F2. Sempat terpikir, banyak orang yang berlalu lalang melewati air mancur ini, tapi sedikit yang bisa menikmati. Seperti cerita suami, bahwa seorang pemain biola, memainkan biolanya di pinggir jalan, alunan nadanya sama dengan ketika dia memainkan biolanya dengan konser besar dengan biaya yang mahal, mungkin kalau dirupiahkan sekitar 1juta/ tiketnya. Ternyata, ketika dia memainkan biolanya di pinggir jalan, semua orang yang berlalu lalang, sibuk dengan rutinitasnya dan segera mengeluarkan beberapa logam dari kantongnya, kemudian berlalu cepat meninggalkan sang pemain biola. Padahal, kalau mau menikmati setiap alunan biolanya, tanpa harus membayar sebesar 1juta untuk menyempatkan diri, dengan pemain biola yang sama, mereka bisa menikmati. Tapi karena penampilan sang pemain, biasa saja saat di pinggir jalan, maka tidak ada yang menduga kalau sebenarnya dialah sang maestro biola di konser saat itu 🙂 Mungkin itu yang ada dibenak F2, menikmati setiap halnya sebagai proses pembelajaran hidup F2 tanpa harus berpikir berapa biaya yang harus dikeluarkan ya.

 

3. Naik kereta patas KRD dari kota ke padalarang, pp, cuma habis 30ribu dengan bekal makanan yang dah disiapin. Fatih memang punya hobi kereta. Miniatur kereta thomas yang dia punya, biasanya ditambahin gerbong pake lego berwarna warni, dibuat sejajar, terus bakal tiduran dengan mata perhatiin keretanya. Ini pengalaman yang luar biasa menyenangkan buat fatih, begitu juga Farras. Begitu nyampe padalarang, fatih ga mau turun… hehe… begitu dibilang, ayo kita beli tiket lagi untuk balik, hehe fatih langsung ikutan berdiri di depan loket pembelian karcis, mungkin maksudnya memastikan bener apa ganya ajakan tadi ya :). Begitu nyampe di kota, fatih masih berdiri memperhatikan beberapa kereta lain yang berhenti dan meniup peluitnya.

 

4. Museum Asia Afrika. Masuk ke dalam sini, gara-gara libur semester 1 sekolah Farras. Mendisain, mau kemana aja ya libur sekolah yang belum didatangi. Terinspirasi dari setiap pergi belanja ke toko bahan aksesoris, selalu lewati jalan asia afrika. Selalu juga lewat disamping gedung Museum Asia Afrika. Wah, kok lewat terus, tapi ga pernah masuk ya bi? ucap saya. O ya udah, kita mampir. Waktu itu sama bunda Ita, walaupun Fatih sibuk loncat-loncat pas di puter filmnya, sibuk mau ambil miniatur mobil yang ada di bagian lantai museum, ngetok-ngetok kacanya. Farras yang banyak bertanya. Tapi dah lupa..

5. Pernah juga, main ke Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani. Satu orang kena biaya Rp 5.000 dah bisa masuk. Hal yang paling berkesan buat Fatih disini, ketika bisa naik kereta api beneran, walaupun harus beli tiket lagi. Itu pertama kali Fatih naik kereta. Banyak arena bermain di sini. Bahkan ada kolam renangnya. Tapi karena ga tahu ada kolam renang, ga bawa baju renang buat farras. Selain itu, memang ga pernah berenang selama di Bandung,kecuali Farras yang berenang bareng temen2 tknya bersama bu guru, karena airnya diingiiin, mungkin ada yang hangat, hehe abis belum dapet info

 

6. Waktu setahun pertama di Bandung, hal yang menyenangkan buat kami sekeluarga adalah menyusuri beberapa gunung. Pernah naik libero ke tangkupan perahu. alhamdulillah sampai.. Pernah juga menyusuri dago atas, sampai ke lembang, maribaya, taman juanda, punclut, ciburial yang ternyata jauh dari kontrakan, padahal rencananya mau masukin farras tahfidz,angkotnya juga jarang. sumbernya dari buku tabataba’i yang dah hafidz quran dengan cara membuat gerakan jari atau tubuh untuk bisa hafal quran. Tapi, setiap memasuki daerah yang lebih dingin dari Bandung, siap-siap sekeluarga bakal meriang dan lemas semua anggota tubuhnya.. hehe

 

Dari beberapa pengalaman di atas, bisa mengubah persepsi pribadi selama 6 tahun ke belakang. Sempat pernah melihat iklan di tv, liburan cerdas, ya ke D*f*n aja, kira2 begitu iklannya. Padahal kalau dicermati, satu orang kurang lebih biayanya 100ribu, kalau 4 orang bisa 400ribu. Waaaw… harga yang lumayan tinggi untuk saat ini bagi kami. Kalau sesekali menurut saya boleh aja, tapi kalau setiap berlibur, harus ke tempat yang memerlukan budget besar, mungkin perlu disiasati lagi.

 

Kalau di lagunya Pororo,

yang kami mau, yang kami suka, yang kami inginkan, ayah dan ibu tak tahu.

yang kami mau, yang kami suka, yang kami inginkan, mereka tidak mengerti

beli banyak mainan, tapi bukan itu..

baju-baju yang indah, juga bukan itu..

ayah ibu tak tahu,

mereka tak tahu,

yang kami mau adalah bermain bersama

kami tak mau sendirian

m’rasa kesepian

cintai kami dengan rasa sayang…

Tinggalkan komentar