Memperoleh Listrik dari Sinar Matahari, Air, dan Angin


Salah satu artikel di IEEE Spectrum edisi Feb 2015, yaitu pada halaman 9, membahas sel surya pada atap rumah di California sebagai pembangkit listrik dari tenaga sinar matahari dengan. Saya pertama kali mendengar mengenai atap rumah dipasang sel surya ketika mengikuti Mercator Summer School yang diadakan oleh Univ Duisburg-Essen di UI, Indonesia. Saat itu sang profesor cerita mengenai negaranya di Jerman yang menerapkan sistem bagi warganya untuk menyumbangkan listrik dari apa pun jenis pembangkitnya, contohnya adalah sel surya yang dipasang di atap rumah, kemudian sebagian listrik yang tidak dipakai disalurkan ke jaringan listrik negara, dan negara pun membeli listrik itu dari warganya. Memang menarik membahas masalah energi ini. Oleh karena itu, energi menjadi salah satu topik kajian strategis di masa yang akan datang.

Sekarang pun saya melihat di Jepang sejak tahun lalu, memasang sel surya di mana-mana, di lapangan parkir kombini, lahan kosong persawahan, juga atap rumah. Jepang juga membuat sel surya terapung di laut pinggir pantai. Hal ini dilakukan, setelah gempa yang mengakibatkan bocornya reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima, karena mereka khawatir terjadi lagi. Oleh karena itu, mereka berusaha meningkatkan pemerolehan energi dari pembangkit listrik terbaharukan, seperti tenaga air, tenaga angin, dan tenaga surya.

Mengenai pembangkit listrik tenaga angin, di Jepang saya melihat beberapa kantor memasang kincir angin besar untuk menghasilkan listrik bagi kantornya. Salah satunya saya lihat di dekat kampus saya melaksanakan studi doktor yaitu di Japan Advanced Institut of Science and Technology (JAIST). Satu lagi, terlihat di kota dekat kampus saya, jika saya ingin ke perpustakaan, saya melewati klinik yang di belakangnya ada kincir angin. Ketika saya pulang ke JAIST setelah selesai presentasi kolaborasi penelitian di Univ Yamanashi, di dalam kereta express di sekitar daerah Toyama, saya melihat dari kejauhan, di puncak bukit, ada banyak kincir angin yang besar di pasang di sana.  Saya tanya mengenai kincir angin itu kepada salah satu sensei saya. Menurut sensei saya, tetap masih sedikit energi dari kincir angin yang ada untuk kebutuhan Jepang.

Kincir angin ini pun mengingatkan salah satu shohib saya yang kuliah di Univ Kanazawa. Dosen Teknik Mesin di salah satu universitas di pulau Jawa yang merupakan lulusan Institut Teknologi Sebelas Maret (ITS) tersebut baru saja mendapatkan gelar doktornya dengan riset di kincir angin. Dari dia saya baru tahu bedanya blade atau kipas untuk kincir angin itu ada yang vertikan dan ada yang horizontal. Dia juga menjelaskan apakah bedanya, dan manfaatnya. Dari obrolan dengannya, kami pun teringat Doktor lulusan Jepang yang punya beberapa paten di motor listrik, memutuskan kembali ke Indonesia untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin di Ciheras, Indonesia.

Mengenai pembangkit listrik tenaga air, saya juga pernah berbicara dengan pasangan suami istri yang menjadi sensei di sekolah saya ketika S3. Saat itu saya dan anak laki-laki saya ikut menumpang mobil mereka dengan satu anak mereka ke acara kemah musim panas untuk komunitas keluarga di kelurahan Asahidai yang memiliki anak yang sekolah di SD Miyatake. Mereka cerita bahwa sebagian dari mereka takut dengan kebocoran nuklir di Fukushima. Oleh karena itu, mereka berusaha mencari alternatif energi lain. Salah satunya dengan pembangkit listrik tenaga air. Sungai-sungai di Jepang ini, yang relatif pendek dan juga bisa berubah dengan cepat aliran airnya sehingga berbahaya bagi orang yang berenang di sungai, pun mereka buat bendungan-bendungan kecil di sepanjang sungai dan dipasang turbin pembangkit listrik.

Saya coba membuat ringkasan dari artikel di IEEE Spectrum tersebut. Disampaikan bahwa dua dari negara-negara yang sedang merupakan pergerakan global  booming instalasi rooftop solar adalah Jerman dan Jepang. Sedangkan walaupun sistem yang ada di California saat ini merupakan standarnya lebih ke standar state mereka sendiri, akan tetapi tetap mereka juga bagian dari pergerakan global dalam hal pemanfaatan tenaga surya ini. Saat ini di California, dari sel tenaga surya yang dipasang di atap rumah-rumah tersebut memenuhi sekitar 1 persen dari total konsumsi di California. Mereka juga mengembangkan dalam waktu dekat sistem yang menghasilkan listrik dari sinar bulan.

Tinggalkan komentar