Kenangan Indah Mengenyam Pendidikan di MTs


By Eva Jumiyanti

Ngedengerin seminar online ISTECS ttg pendidikan, ada satu yg jadi karakter Indonesia, menurut saya yg awam, rata-rata kayaknya ga sabar,butuh yang instan, instan melihat hasilnya selama dua atau tiga tahun. Ganti terus kurikulum sekolah. Yg jadi gurunya, belum sepenuhnya ngeh apa maksud kurikulumnya, dah ganti lagi. Apalagi kasusnya sama guru yang sebentar lagi pensiun misalnya. Yang ngajar ga sabar, yg diajar juga sama ga sabarnya.

Kalau bahasa inggris, sekarang dari SD pun dah ada pelajaran muatan lokal bahasa inggris, bahkan gurunya adalah guru khusus bahasa inggris, sama seperti guru tari, guru bahasa daerah. Dari tahun berapanya ga terlalu merhatiin, mungkin ada sekitar 4 tahun ya. Bener ga ya? Tinggal kualitasnya aja, jadi inget lagi omongan satu guru “kamu sekolah di sd inpres ya?” Hehe # jadi inget temen yg guru bahasa inggris di SD.

Jadi inget, suka pelajaran waktu sekolah dulu, tergantung banget dengan cara gurunya ngajar. Waktu MTs, suka bahasa inggris, bahkan sempet-sempetnya ikut lomba bahasa inggris se lampung, padahal ngaco abis ngomongnya. Pas sma, stagnan, karena ga menarik di saya sendiri dgn cara mengajarnya. Mau kursus, mesti masalah klasik muncul, suka iri sama temen-temen yg jago bahasa inggris pas sma.

Waktu MTs juga suka bahasa arab, karena sempet ngerasain dua bulan di pondok pesantren. Menakjubkannnya bisa langsung dapet nilai terbaik di kelas paling akhir. Sampai dimutasi sama kepala sekolah, di kelas unggulan. Setelah lulus, stagnan juga.

Waktu MTs juga, suka sama guru bahasa Indonesia. Ngajarnya antusias dan sepenuh hati, bersungguh-sungguh sampe muridnya ngerti. Apalagi tentang majas. Saya cuma inget sekarang, majas hiperbola salah satunya. Begitu sma, biasa aja.

Ada satu lagi waktu MTs, pelajaran tauhid kalau ga salah. Bapak ini terkenal “menakutkan” dimata temen-temen. Satu kali, bertanya, apa bedanya sunah dan mubah. Waktu itu, saya masih terbilang ceplas ceplos aja, abis ga tahan kalau suara kelas sepi setiap guru nanya. Maka pas bapak itu bilang, sunah itu… Apabila dikerjakan, mendapat pahala, jika tidak dikerjakan…!!! “Tidak apa-apa”, celetuk saya sambil nyengir. Apppaaaaa… Sambil gigi bapak itu seperti orang geram, dan ngulang lagi pertanyaan terakhir. Akhirnya sadar diri kalau jawaban saya salah. Dan bapak ini ternyata bukan marah, malah ketawa lihat ekspresi muka saya. Kalau inget ini suka geli sendiri. #semoga Allah melapangkan kuburnya, mengampuni dosanya dan amal jariyah atas ilmu yang diajarkannya untuk kami.

masjid alsulthon kedaton kalianda mark

Padahal dulu, MTs adalah sebuah mimpi buruk buat saya. Karena ga masuk ke SMP Negeri unggulan. Ga bisa masuk ke smp itu karena background saya yg dua bulan dari ponpes. Dan kata papa, setelah tanya tanya, rating kedua terbaik di tempat kami ya MTs, walau pun MTs ini belum jadi MTs negeri seperti sekarang. Kalau ada acara kumpul Osis, pramuka se lampung selatan, suka iri dengan teman teman pintar, cerdas, hebat. Dari sini juga yang memotivasi, bahwa walaupun dari MTs, saya akan coba buktikan bahwa kami juga bisa sama dengan mereka.

Ada satu lagi, masih tentang MTs, satu guru al-quran&hadits, mengajinya indah, panjang pendeknya benar. Setiap pelajaran ini, saya sukaaaa. Karena bapak ini, akan memanggil muridnya satu per satu, duduk menghadap dia, untuk membetulkan bacaan muridnya. Sistemnya dilihat dari nomor urut absen. Kalau kemarin sampai nomor absen 5, maka besok, nomor urut 6 sampai secukupnya waktu mata pelajaran. Wajahnya memang sudah sepuh, tapi petuahnya luar biasa. # semoga Allah melapangkan kuburnya, mengampuni dosanya, dan selalu mengalir amal jariyah dari setiap ilmu yang diajarkan.

Masih tentang MTs, waktu itu guru baru geografi. Cantik, pintar, berkacamata, fresh graduate dari universitas lampung, dan masih single. Kami suka dengan ibu ini. Apalagi yang teman laki-laki. Cara mengajarnya pun, menarik. Kalau marah, semakin cantik. Cara mengajarnya yang lebih banyak mengajak kami berpikir, membuat kelas ga sepi. Bahkan jadi perbandingan dengan guru sejarah oleh teman-teman. Senangnya, adalah adanya ibu ini, informasi lomba pendidikan dari bandar lampung lebih cepat sampai. Sampai satu kali, diberi kesempatan oleh sekolah, untuk ikut lomba cerdas cermat se lampung di islmaic centre. Ibu ini, luar biasa memback up kami untuk mempelajari bahan lomba. Bersama dua teman perempuan lainnya, bisa mengenal pribadinya lebih dalam, menambah motivasi untuk kami bertiga berusaha selalu. Dari lomba ini juga, saya bisa berkenalan dengan mb Asti , jadi sahabat lewat pena. #sapen. Apa kabar mb asti?

 

Tinggalkan komentar