Al Imam Al Hafizh Ibnu Hajar (773-852 H)


Beliau adalah Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar Al Kinani Al Asqalani. Ia lahir, tinggal dan meninggal di dunia Mesir. Ia adalah penganut madzhab Syafi’i, ia juga seorang hakim agung (Qadhi Qudhat) dan ulama besar Islam.

Murid beliau, Syaikh Ibnu Taghri Burdi mengatakan, bahwa Ibnu Hajar adalah orang yang memiliki dedikasi tinggi, berwibawa, bersahaja, cerdas, bijaksana, dan pandai bergaul.” Syaikh Al Biqa’i -muridnya juga- berkata, “Ibnu Hajar adalah orang yang memiliki pemahaman dan hafalan yang luar biasa, sehingga memungkinkan untuk mencapai derajat kasyaf, yang dapat menyingkap sesuatu yang tersembunyi. Ia juga memiliki kesabaran yang kokoh, semangat yang tinggi dan hati yang istiqamah.”

Najmuddin bin Fahd, seorang ahli hadts negeri Hijaz mentatakan, “Beliau adalah muhaqqiq yang handal, pintar, fasih, berakhlak mulia dan teguh dalam melaksanakan perintah agama. Dalam syair dikatakan,

Mustahil akan datang suatu masa seorang seperti Ibnu Hajar. Sesungguhnya masa seperti itu sangatlah sulit.

GURU BELIAU

Ibnu Hajar banyak melakukan perjalanan ke berbagai penjuru untuk mencari ilmu sehingga banyak bertemu dengan para ulama terkemuka yang ikhlas memberikan pelajaran kepadanya. Diantaranya adalah, Imam Balqini yang terkenal dengan banyak menghafal dan membaca, Ibnu Mulaqqin yang terkenal banyak karangannya, Syaikh  Al Iraqi yang sangat menguasai ilmu hadits, Haitsami yang banyak hafal matan hadits, Fairuzabadi yang terkenal ahli bahasa, Ghamari yang menguasai bahasa Arab, Muhib bin Hisyam dan ‘Izz bin Jama’ah yang keduanya banyak menguasai berbagai disiplin ilmu, dan Tawakhi yang terkenal dengan pengetahuan akan qira’at (bacaan dalam Al Quran) dan sanadnya.

Guru beliau banyak sekali dan dikumpulkan dalam kitabnya Al Mujamma’ Al Muassas li Al Mu’jam Al Mufahras.

Ibnu Hajar adalah seorang murid yang mempunyai semangat tinggi, pandai, memiliki hafalan yang kuat dan pemahaman yang baik. Hal itu sangat memudahkannya untuk menguasai berbagai disiplin ilmu yang mereka ajarkan.

Ibnu Hajar adalah seorang ahli bahasa, nahwu dan sastra. Berikut ia memuji Rasulullah saw dalam satu syairya.

Muhammad adalah pembawa rahmat dan pemberi petunjuk bagi manusia. Alangkah celakanya bagi yang memusuhinya karena ia tidak akan mendapat rahmat. Kaum mukminin mendapat keselamatan darinya. Apabila berjalan di hadapan para pembangkang di neraka. Allah-lah yang selalu menjaganya dari hawa nafsu. Dalam memberikan perintah dan larangan. Maka hati-hatilah orang yang menentang perintahnya. Dari bencaran dan siksaan yang sangat menyakitkan. Memiliki mukjizat yang sangat banyak dan tanyakanlah. Kepada kerikil-kerikil dan bintang-bintang yang membenarkan.

Beliau sangat menguasai ilmu nahwu dan memiliki kemampuan untuk memecahkan persoalan dengan mengambil syahid (contoh) dari Al Quran dan hadits untuk menguatkannya, bahkan terkadang beliau melakukan kritik terhadap ulama nahwu, sehingga di antara mereka ada yang mengatakan,

Kamu telah mempelajari ilmu nahwu dan menguasainya. Sehingga menjadi seorang malik (menguasai ilmu nahwu) dan Ibnu Malik (pengarang Alfiyah -penerj.)

Ibnu Hajar juga seorang Muarikh (sejarawan). Beliau sangat senang mengkaji sejarah, peristiwa, dan kehidupan para perawi dengan teliti, obyektif dan pikiran yang cerdas.

Ibnu Hajar juga seorang Mufassir (ahli tafsir). Beliau menghafal dan memahami Al Qur’an, mengetahui qira’at (bacaan) Al Qur’an, kemudian mendalami ilmu Al Qur’an, tafsir, nasikh-mansukh, muthlaq-muqayyad, dan ‘aam-khash. Setelah itu beliau menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.

Ibnu Hajar juga seorang faqih (ahli Fikih). Dalam mendalami Fiqih beliau memiliki metode sendiri, yaitu dengan menggabungkan antara fikih dan hadits. Kedua ilmu ini sangat jarang dikuasai oleh satu orang sekaligus. Sebelumnya beliau menguasai ilmu hadits, setelah itu digabungkan dengan fikih sehingga menjadi fikih hadits, hal itu dilakukan karena beliau memiliki kemampuan dalam melakukan istinbath (mengambil kesimpulan hukum) dari nash, sehingga dengan kemampuan itu beliau termasuk muhaddits Al fuqaha’ (ahlinya hadits ulama fiqih) dan faqih Al Muhadiditsin (ahli fikihnya ulama hadits) pada masanya.

Ibnu Hajar juga seorang Muhaddits (ahli hadits). Beliau menguasai ilmu hadits dirayah dan riwayah, mengetahui cacat sebuah hadits, kritik sanad, nama perawi hadits, biografi para perawi, jarh dan ta’dil, sehingga beliau menjadi seorang ulama ilmu hadits.

Hafizh Tajuddin bin Qarabili berkata, “Aku bersumpah atas nama Allah, tidak ada seorang di Damaskus yang banyak menghafal hadits setelah Ibnu Asakir kecuali Ibnu Hajar. ” Pada kesempatan yang lain dia telah melebihkan beliau dari para ahli hadits yang lain, seperti Mazzi, Birzali dan Dzahabi, lalu ia berkata, “Dalam diri Ibnu Hajar terkumpul semua dari apa yang mereka miliki dalam memahami dan menghafal matan, sanad, dan melakukan istimbath hukum serta menyatukan dua dalil yang kontradiksi.”

Murid Beliau

1. Al Hafizh As-Sakhawi (831-902 H), seorang ulama besar dan sejarawan ahli hadits, tafsir, fikih, ilmu bahasa (linguistik), sastra Arab dan orang yang paling menguasai ilmu jarh wa ta’dil (kritik sanad dan matan). Diantara kitab karangannya adalah, “Fath Al Mughits fi Syarh Alfiyah Al Iraqi”, “Syarh At-Taqrib li An-Nawawi”, “Maqashid Al Hasanah”, “Syarh Asy-Syama’il li At-Tarmidzi.” dan lainnya.

2. Zakaria Al Anshari (826-926 H). Syaikh Islam, Hakim Agung (Qadhi Qhudhat), dan penghafal hadits. Ia juga ahli tafsir, fikih, qira’at, tasawwuf, nahwu dan mantiq (logika). Buku-buku karangannya adalah, “Fath Ar-Rahman bi Kasyfi ma Yaltabisu min Al Qur’an”, “Tuhfat Al Bari ‘ala Shahih Al Bukhari”, “Syarh Sudzuru Adz-Dzahab fi Nahwi”, “Ghayat Al Wushul fi Ushul Fiqh.”, “Asna Al Mathalib fi Syarh Raudh Ath-Thalib fi Al Fiqh.” dan kitab-kitab lainnya.

3. Al Kamal bin Hamam (790-861 H), seorang ulama dalam bidang fikih, ushul fikih, tafsir, faraidh, tasawuf, nahwu, sharaf, dan yang lainnya. Karangannya, “Fath Al Qadir fi Syahr Al Hidayah fi Al Fiqh Al Hanafi”, “Tahrir fi Ushul Fiqh”. “Zaad Al Faqir Mukhtashar fi Furu’ Al Hanafiah”, dan lainnya.

4. Ibnu Taghri Burdi (813-874 H), seorang tokoh besar ahli sejarah. Diantara buku-buku karangannya, “Al Minhal Al Shafy wa Al Mustawfa ba’da Al Wafa”, “An-Nujum Az-Zahrah fi Muluk Mishri wa Al Qahirah”, “Hawadits Ad-Duhur fi Mada Al Ayyam wa Syuhur”, dan lainnya.

5. Abu Al Fadhal bin Syahnah (804-890 H), seorang ahli fikih, ushul fikih, hadits, sastra dan sejarah. Karangannya adalah “Thabaqat Al Hanafiah” dan “Nihayat fi Syarh Al Hidayah”

Karangan Ibnu Hajar

Syakhawi menyebutkan dalam kitabnya Al Jawhar wa Ad-Durar, bahwa karangan Ibnu Hajar berjumlah 270 kitab. As-Suyuthi dalam kitabnya Nazham Al Uqyan menyebutkan, karangannya berjumlah 198 kitab. Al Biqa’i mengatakan karangannya berjumlah 142 kitab dan Haji Khalifah dalam kitabnya Kasyfu Azh-Zhunun mengatakan, bahwa karangannya berjumlah 100 kitab.

Referensi:

1. Al Asqalani, Ibnu Hajar. Terjemahan Faathul Baari Jilid 1. Pustaka Azzam, Cetakan ke-8 Juni 2008.

Tinggalkan komentar