List Kumpulan Tulisan Tentang Ketika di Jepang Meliputi Kuliah S3, Kehidupan, dll


  1. Banding UKT, Meminta Pemotongan Biaya Kuliah (Tuition Fee) ketika S3 di Jepang
  2. Kuliah di Jepang dengan atau tanpa Beasiswa atau Scholarship
  3. Memberi Makan Elang Terbang Liar di Sepanjang Sungai Tedorigawa, Nomi dan Tsurugi, Kastil Kanazawa, Ishikawa, Jepang
  4. Kumpulan Status Singkat Page Facebook Berbagi Pengalaman PhD di Jepang
  5. Asuransi Kesehatan PhD Student di Nomi City Jepang tanpa Beasiswa
  6. Hanko / Seal / Stempel di Nomi City, Ishikawa, Jepang
  7. Kid Allowance dari Pemerintah Jepang
  8. Biaya Kuliah di JAIST, salah satu National University di Jepang
  9. Tips and Trik SIM Jepang
  10. Menikmati Transportasi Kereta di Jepang
  11. Vokabulari Bahasa Jepang
  12. Pengalaman bikin COE di Jepang
  13. Kesan Awal Di Jepang
  14. Kumpulan Kanji Jepang yang Sudah Dicari di Kamus
  15. Perjuangan untuk Mendapatkan Novelti Tinggi Agar Dapat Lulus PhD
  16. Terbang ke Malaga Spanyol hingga Sidang Tertutup Disertasi dengan DOA Factor Graph
  17. Ibunda-ku dan PhD-ku
  18. Deadline Submit Proposal PhD dan Allah Sang Pembolak-balik Hati
  19. Belum Kesampaian Haji Ketikah Kuliah PhD
  20. Surat Motivasi (Letter Motivation) Untuk Aplikasi PhD
  21. Abi Gak Punya Uang, Umi …
  22. Mengenal JAIST dan Posisi Ranking di Dunia
  23. Pentingnya Kota Tua Tsurugi Bagi Mahasiswa JAIST
  24. Guidance: Preparation to stay in JAIST
  25. Jadwal Bus Kanazawa – JAIST
  26. Manabi Festival si Nomi City dan JAIST, Mengundang Komunitas Hong dari Soreang
  27. JAIST in Autumn
  28. Information Theory and Signal Processing Lab., School of Information Science, JAIST
  29. Top Three Seleksi PhD di JAIST
  30. Perjalanan Sebagai Presenter di European Wireless, Oulu, Finlandia, Mei 2016
  31. Kelupaan Perpanjang Visa Dependent
  32. Memajang Ijazah Doktor dengan Bingkai
  33. Ganbatte, Nulis, Jalan-Jalan, sebagai PhD Student
  34. Perjuangan Mendaftar PhD Student
  35. Professor Padahal Bukan Professor
  36. My Doctor Research Output (Keluaran Penelitian S3 Saya)
  37. Puisi Matahari by Farras
  38. Bento Farras
  39. Bahagia Melihat Isi Kulkas Ada Makanan …
  40. Pengalaman Buat Pasport Bersama Keluarga
  41. Farras Hyakuten
  42. Lari Sprint dari Halte ke Supermarket Marue di Tsurugi Jepang Round Trip Untuk Beli Susu atau Telur Murah
  43. Jadwal ATM JP Bank Tsurugi
  44. Proses, Meeting, Diskusi, Hingga Mendapatkan Paten Jepang
  45. Taman Tulip Besar Tonami di Toyama, Ishikawa, Jepang
Dipublikasi di Tidak terkategori | Meninggalkan komentar

Banding UKT, Meminta Pemotongan Biaya Kuliah (Tuition Fee) ketika S3 di Jepang


Ketika saya mendengar ada mahasiswa yang banding uang kuliah tunggal (UKT) di kampus tempat saya bertugas. Saya selalu teringat perjuangan saya untuk Banding UKT ketika saya S3 di Jepang.

Kami mahasiswa S3 tanpa beasiswa yang hanya mengandalkan gaji rata-rata bekerja 23 jam per pekan sebagai peneliti paruh waktu di lab sebesar 1600 Yen per jam belum potong pajak, apalagi untuk menghidupi 5 orang dengan satu istri dan tiga anak, maka kami di Jepang tergolong ‘tidak mampu’ atau ‘miskin’. Sehingga kami berhak meminta potongan biaya kuliah (tuition fee) sebanyak 50 persen.

Selain dari gaji rata-rata 23 jam per pekan, kami juga mendapatkan bantuan dari pemerintah jepang untuk tunjangan anak. Dengan tiga anak maka kami mendapatkan sebesar 45ribu Yen per bulan. Walaupun, tetap saja belum mencukupi untuk kehidupan berlima.

Oleh karena itu, dengan melampirkan penghasilan dari gaji, dan tunjangan pemerintah Jepang, kemudian dituliskan detai pengeluaran untuk apato, listrik, gas, transportasi, asuransi, komunikasi, makan, dll, serta memberikan progress kerja dan hasil seperti paper, dll, maka alhamdulillah saya selalu berhasil untuk banding UKT di kampus saya di Jepang setiap semesternya. Jadi total saya banding UKT untuk uang masuk, dan tuition fee dari Semester pertama hingga semester ketujuh (saya kuliah S3 selama 3 tahun 3 bulan). Jadi banding UKT di kampus kami di Jepang ini harus dilakukan tiap semester dengan mengisi form permohonan dengan berbagai lampiran termasuk penghasilan keluarga di negara asal.

Dipublikasi di Tidak terkategori | 2 Komentar

Kuliah di Jepang dengan atau tanpa Beasiswa atau Scholarship


Beasiswa atau Scholarship di Jepang dianggap Hibah atau Hadiah. Jadi mahasiswa dianggap tidak punya income atau salary atau pekerjaan sehingga tidak ada pajak, dan biaya asuransi wajib juga murah.

Mahasiswa di Jepang atau Student Visa hanya diperbolehkan untuk digaji sebanyak 28 jam per pekan. Jadi di Jepang, mahasiswa itu belajar bukan untuk bekerja. Sehingga tidak dapat digaji full. Ini bedanya PhD student di Jepang dengan di Eropa maupun USA dimana PhD student dianggap bekerja sehigga bisa digaji full dari proyek.

Keuntungan jika sekolah di Jepang dengan beasiswa adalah adanya jatah 28 jam per pekan yang bisa dipakai untuk menampung budget proyek penelitian sensei yang harus habis nol tidak boleh lebih maupun kurang setiap tahunnya. Biasanya dianggap sebagai gaji sebagai research assistant. Kalau sensei ada banyak proyek, bahkan bisa digaji 28 jam per pekan seluruhnya.

Standar kerja proyek di kampus untuk lulusan Sarjana, Master, dan PhD, atau sebagai mahasiswa Master, PhD, maupun Postdoct, secara berturut-turut adalah 1400, 1600, dan 1900 Yen per jam.

Keuntungan lain jika ada beasiswa adalah biasanya uang ujian, uang masuk, dan tuition fee per semester dibayarkan oleh beasiswa. Sehingga 150ribu Yen per bulan itu untuk biaya hidup dan lain-lain. Ada juga beasiswa yang menambahkan allowance untuk keluarga. Juga ada uang untuk tiket pesawat pulang pergi.

Sedangkan jika tidak memakai beasiswa, maka dengan gaji maksimum 28 jam per pekan, harus dibagi untuk biaya tes, biaya masuk, tuition fee, kehidupan sehari-hari seperti apato, gas, listrik, makan, transportasi, komunikasi, tiket pulang pergi ke kampung halaman, dll.

Standar hidup di Jepang menurut website JAIST untuk student single diperlukan sekitar 75ribu Yen per bulan. Jadi untuk mahasiswa PhD jika bekerja 23 – 28 jam per pekan sebagai peneliti di kampus, cukup normal untuk biaya dua orang dengan suami atau istri misalnya. Lumayan berat jika harus menghidupi total 5 orang misalnya dengan satu istri dan 3 anak.

Jika kuliah hanya mengandalkan kerja 23 – 28 jam per pekan tanpa beasiswa, biasanya jika bulan itu banyak tanggal merah atau libur, maka penghasilan berkurang, akibat dari jam kerja yang berkurang. Jika pergi ke luar negeri untuk conference, meeting, dll, maka jam kerja juga berkurang, penghasilan berukurang. Jika ada keperluan pulang ke negara asal, misalnya sebulan, maka gaji dalam sebulan gaji akan hilang karena dianggap tidak bekerja. Sedangkan kalau beasiswa, maka uang bulanan tetap jalan terus. Dan perlu diingat bahwa para pemegang beasiswa masih ada jatah hingga 28 jam per pekan untuk mendapatkan gaji.

Biasanya yang kuliah di Jepang tanpa beasiswa, hanya mengandalkan gaji 23 – 28 jam per pekan, dan membawa keluarga serta anak-anak, maka sulit untuk melakukan hal berikut yaitu (1) berangkat haji dari Jepang, atau (2) beli rumah atau tanah di kampung halaman, (3) beli kendaraan, (4) menabung, dll. Jadi jika ingin mendapatkan keuntungan di atas, sebaiknya berangkat sekolah di Jepang dengan beasiswa saja.

Kelebihan jika sekolah dengan beasiswa dari negara asal, maka dianggap membawa uang atau dana masuk ke Jepang. Sedangkan jika hanya murni bekerja misalnya sebagai peneliti di kampus 23 – 28 jam per pekan, maka dianggap menggunakan dana pajak orang Jepang. Jadi ada kelebihan bagi ‘gengsi’ pemegang beasiswa dari negara asal di mata orang Jepang.

Faktanya, saya kuliah S3 di Jepang tanpa beasiswa. Oleh karena itu, salah satu cara agar survive, adalah dengan mengajukan banding uang kuliah tunggal (UKT) atau pemotongan biaya kuliah (tuition fee) yang dapat di baca di sini mengenai banding UKT di Jepang.

Dipublikasi di Tidak terkategori | 1 Komentar

Sunat, Khitan, Sunatan Massal Antara Bapak dan Anak


Ketika itu saya kelas sekian SD bersama teman-teman melihat proses sunatan massal yang dilakukan oleh Masjid Al Wasi’i UNILA.

Salah satu panitia menawarkan ke kami, mau disunat juga atau tidak. Kami ketika itu berdua atau bertiga, anak komplek Dosen UNILA. Setelah diskusi kami bilang mau. Jadinya kami dimasukkan ke daftar yang disunat. Walaupun akhirnya ada teman yang mengundurkan diri. Saya tetap terus sunat di urutan terakhir.

Orang tua kaget karena begitu mendadak dan tidak ada persiapan. Akhirnya saya pun disunat. Mendapatkan hadiah sarung dan yang lainnya dari panitia. Sampai rumah saya diberi hadiah oleh Pak Cik saya uang 5ribu rupiah. Saya gembira sekali.

Ketika anak kedua saya yang laki-laki sunat, ternyata sunatan massal juga di Masjid Ad-Du’a Way Halim Bandar Lampung. Dari panitia mendapatkan hadiah tas dan mug.

Dipublikasi di Tidak terkategori | Meninggalkan komentar

Pengalaman Belajar Bahasa Jerman 3 x 120 Jam = 360 Jam


Ketika masih S1 di Teknik Elektro ITB, saya punya cita-cita untuk S2 di Jerman dan kemudian S3 di MIT. Oleh karena itu, menjelang wisuda S1, saya kursus bahasa Jerman di Goethe Institut Bandung dekat kantor pos pusat Bandung dengan menaiki angkot dari kosan di Tuisda Inn Tubagus Ismail Dalam dekat Simpang Dago.

Setelah belajar bahasa Jerman selama satu semester atau senilai 120 jam dan lulus S1. Saya apply kerja dengan mengirimkan sekitar 50 lamaran kerja, dimana lima lamaran saya tujukan ke perusahaan Jerman yaitu Siemens Indonesia yaitu untuk posisi di Microwave Network (MW), Core Network (Core), Intelligent Network (IN), Radio Network, dan Medical. Ternyata lamaran untuk IN dipanggil untuk wawancara. Ketika wawancara, kami sepakat bahwa saya masuk ke bagian MW.

Ketika bekerja di Siemens Indonesia, saya melanjutkan lagi belajar bahasa Jerman selama satu semester senilai 120 jam di Goethe Institut Jakarta di dekat Monas. Saya naik bus dari kosan di sekitar Pancoran. Sambil terus mencari peluang S2 di Universitas Jerman.

Ketika itu saya membidik TU Munchen, RA Aachen, Karlsruhe, dan Univ Duisburg Essen. Aachen ketika itu karena Habibie alumni dari sana. Untuk Karlsruhe saya diskusi banyak ke Prof. Hendro yang ketika itu sedang kuliah S2 di sana. Untuk Munchen dan Aachen saya tidak jadi apply karena syarat bahasa yang berat. Sedangkan saya ketika bekerja tidak menyempatkan diri untuk intensif atau kursus Bahasa Inggris lebih lanjut, malah belajar Bahasa Jerman.

Saya apply ke Karlsruhe dan kemudian dapat balasan bahwa aplikasi saya ditolak. Ketika itu saya menterjemahkan ijazah saya dari NEM SMP, NEM SMU, hingga S1 beserta STTB dan Transkrip Nilai. Penerjemah tersumpah di dekat Pondok Pinang menuju Bintaro saat itu bilang, senang menterjemahkan karena nilainya bagus-bagus.

Kemudian saya mengikuti Mercator Summer School di UI Depok. Rupanya Universitas Duisburg Essen ada kerja sama dengan UI sehingga punya kantor di UI Depok. Ketika Mercator Summer School saya belajar bahasa Jerman lagi insentif selama 120 jam tiap hari. Akhirnya total saya telah belajar Bahasa Jerman sebanyak 360 jam. Kemudian saya apply S2 ke Universitas Duisburg Essen dan diterima. Alhamdulillah.

Ada masalah kemudian adalah tidak ada beasiswa. Mau nekat seperti teman-teman summer school yang lain dengan biaya sendiri. Kuliah di Jerman gratis ketika itu. Akan tetapi biaya hidup perlu uang. Biasanya dapat uang dari part time. Akan tetapi untuk mendapatkan visa perlu deposit uang senilai 100 juta rupiah untuk jaminan tidak akan menjadi gelandangan di sana. Ketika itu saya dan keluarga tidak punya tabungan sebanyak itu. Sehingga saya tidak bisa berangkat ke Jerman untuk kuliah modal nekat walaupun admission sudah ditangan.

Saya diberikan waktu satu semester perpanjangan sebelum admission tersebut hangus. Ketika itu saya tidak melanjutkan kontrak kerja di Siemens Indonesia setelah setahun habis. Saya mencari beasiswa yang bisa saya lakukan. Saya juga sempat menjadi asisten pribadi anggota DPR/MPR RI yang menjadi salah satu ketua komisi saat ini. Mengikuti ke mana dirinya pergi sambil mencari peluang beasiswa. Bertemu beberapa menteri, pejabat kementrian, dan dll. Kemudian saya diterima kerja di Ericsson. Akhirnya saya lanjut kerja lagi di Ericsson sambil mencari beasiswa. Dalam satu semester, ternyata beasiswa tidak didapatkan dan admission hangus.

Akhirnya bahasa Jerman 360 jam saya perlahan-lahan mulai pudar dan hanya tersisa sedikit saja seperti Ich bin Reza, Danke Schon, Ach So, dll.

Beberapa tahun kemudian saya mendapatkan kesempatan training di Jerman. Ketika itu Ericsson mengakuisisi Marconi. Sehingga produc Marconi Long Haul (LH) menjadi bagian dari Mini-Link. Kami pun dikirim ke Backnang sebelah utara Stutgart untuk trainin selama sepekan tentang Marconi LH di sana. Dengan pesawat transit di Frankfurt, kemudian ke Stutgart, lanjut lagi naik kereta ke Backnang. Sempat juga mengunjungi museum Mercedes di Stutgart.

Ya, hanya sepekan saja di Jerman. Sudah 16 tahun sejak saya belajar Bahasa Jerman selama 360 jam, dan saya mendapatkan kesempatan satu pekan di Jerman.

Dipublikasi di Tidak terkategori | Meninggalkan komentar

Agar Hafalan Al Quran Tidak Lupa dan Dapat Menambah Hafalan Baru


Cara agar hafalan Al Quran tidak lupa salah satunya adalah dengan mengulang (muroja’ah) hafalan tiap pekan sekali. Ambil momentum untuk mengulang Hafal Surat Al Kahfi tiap hari Jumat.

Kemudian dilibas urutan hafalan yang lain dari depan ke belakang sampai An-Naas. Sisa hari dalam sepekan setelah selesai mengulang hafalan dapat dipakai untuk menambah hafalan ayat baru.

Mengetahui arti yang dihafal baik secara keseluruhan maupun per kata, serta mendengar murrotal sehingga hafal irama, membayangkan huruf, juga dapat membantu menguatkan hafalan Al Quran.

Bayangkan di akhirat nanti kita memberikan mahkota ke orang tua.

Bayangkan di akhirat nanti kita diminta untuk membaca hafalan dan diri kita dinaikkan derajatnya dan tempatnya di surga, sehingga mendapatkan tempat di surga tertinggi.

Bayangkan ayat Al Quran yang kita baca menjadi pelindung kita dari api neraka.

Bayangkan kita menjadi keluarga Allah SWT sebagai penghafal Al Quran.

Terus berdoa agar jangan dimatikan sebelum hafal Al Quran 30 juz dengan kuat dan paham artinya serta mengamalkannya.

Dipublikasi di Tidak terkategori | Meninggalkan komentar

Perjuangan untuk Mendapatkan Novelti Tinggi Agar Dapat Lulus PhD


Ketika awal hendak menjadi mahasiswa PhD, saya sudah dipersiapkan oleh sensei Assistant Professor dengan list mahasiswa di Jepang yang gagal sehingga pulang ke Indonesia. Oleh karena itu, saya mempersiapkan diri untuk di-kick atau gagal sewaktu-waktu. Belum lagi, di lab saya belum ada yang lulus PhD saat itu dan sudah ada mahasiswa PhD mundur dari Lab.

Selain itu, saya tetap saja jalankan masukan-masukan dari para sensei. Berawal dari diberikan slide-slide progres selama ini dari lab agar saya ketika join sudah tahu mulai dari mana. Kemudian diberikan sebuah paper conference teknik tentang TOA Factor Graph. Sulit sekali untuk mengerti. Kemudian diberikan versi lengkap Juran TOA Factor Graph tersebut, barulah saya bisa paham dan reproduksi.

Setelah reproduksi dan mendapatkan hasil, saya presentasikan di depan para sensei dan sponsor. Sponsor bilang, TOA tidak dapat diukur. Maka ganti parameter yaitu DOA. Diminta belajar MUSIC, ESPRIT, SAGE, dll. Sibuk mencari cara bagaimana agar fungsi tangent bisa linier. Akhirnya ketemu dengan first order Taylor Series. Sehingga DOA FG keluar hasilnya. Sensei senang, saya dan Assistant Professor di kirim untuk presentasi di Malaga, Spanyol. Kemudian terpilih menjadi salah satu dari 4 topik untuk news letter.

Sempat sensei bilang ada kesalahan fundamental. Saya sempat khawatir. Akan tetapi, saya cari berbagai referensi dari buku, dll, dan saya rangkum dalam slide ppt, kemudian saya kirimkan ke sensei, bahwa saya tidak melakukan kesalahan fundamental. Akhirnya ujian ini lewat. Tapi sensei bilang, novelty masih kecil, belum cukup untuk PhD.

Kemudian datang lagi cobaan dari sponsor, bahwa hasil pengukuran DOA jelek karena hanya 3 elemen antena saja yang dipakai. Akhirnya coba cari parameter lain, yaitu TDOA.

Berbagai skema TDOA FG dibuat, sampai ada komentar kok terlihat kompleks atau rumit. Ketika itu sudah memasuki tahun kedua PhD masih belum dapat lampu hijau dari sensei, jadi lumayan khawatir. Akhirnya dapat menysusun konfigurasi skema TDOA FG yang simple akan tetapi masih belum bisa convergence. Hingga suatu malam orang tua mendoakan, dan langsung dapat ide beberapa constraint sehingga teknik tersebut bisa convergence. Sensei senang, dan menganggap Novelty sudah cukup tinggi untuk lulus PhD. Sehingga saya diberikan lampu hijau mulai menulis untuk publikasi, dan bisa lulus PhD. Alhamdulillah, ketika itu bulan Mei 2014.

Usaha para pejuang PhD lain dapat dilihat di sini.

Dipublikasi di Tidak terkategori | 1 Komentar

Memberi Makan Elang Terbang Liar di Sepanjang Sungai Tedorigawa, Nomi dan Tsurugi, Kastil Kanazawa, Ishikawa, Jepang


Salah satu pemandang langit di sekitar kota Nomi, Tsurugi, juga di Kastil Kanazawa adalah Elang liar yang berputar-putar mencari Makanan. Jumlahnya ada banyak. Di sini memang dilarang untuk berburu binatang liar. Sehingga jumlah Elang ada banyak.

Perbukitan juga ditanami pohon pinus dan pohon lain sehingga banyak tempat untuk binatang liar tinggal seperti Rusa, Racoon, Beruang, dll.

Untuk Elang di sepanjang sungai Tedorigawa, mereka sebagian bersarang di bawah jembatan jalan mobil. Ketika kami sedang bersepeda di sepanjang jalan di pinggir sungai Tedorigawa, banyak Elang yang berputar-putar di atas sungai. Mungkin sedang mengincar ikan di dalam sungai atau binatang lain untuk makanan.

Elang Terbang di Langit Sungai Tedorigawa, Nomi, Ishikawa, Jepang, 29 April 2015.

Kami berhenti dan mengeluarkan bekal roti buat sendiri. Ketika kami menyantap roti, ada Elang yang mendekati kami, juga beberapa burung Gagak. Kami angkat tangan tinggi-tinggi dengan memegang roti. Ternyata Elang tersebut makin mendekat.

Roti Homemade Buatan Sendiri Sebagai Umpan Untuk Elang Liar 29 April 2015, Sungai Tedorigawa, Nomi, Ishikawa, Jepang.

Kemudian kami lempat roti ke tengah jalan. Serta-merta Elang tersebut langsung menukik mengambil roti yang kami lempar. Burung Gagak pun tidak kebagian, hanya mengambil remah sisa yang ditinggalkan oleh Elang. Pengalaman yang seru.

Elang Liar Mengambil Umpan Roti Homemad Yang Kami Lempar di Jalan Pinggir Sungai Tedorigawa, Nomi, Ishikawa, Jepang, 29 April 2015.
Memberi Makan Elang Liar di Pinggir Sungai Tedorigawa, Kota Nomi, Perfecture Ishikawa, Jepang.

Pernah juga kami beberapa keluarga ke Kastil Kanazawa. Kami menggelar terpal dan mengeluarkan makanan. Tak beberapa lama ada dua Elang yang berputar-putar di atas kepala kami. Kami coba tunjukkan makanan, kemudian kami lempar makanan dan Elang makin banyak mendekati kami, sehingga kami segera bubar pindah tempat karena khawatir.

Elang Terbang di Langit Kastil Kanazawa, Ishikawa, Jepang, 5 April 2015.
Elang di Langit Kastil Kanazawa 5 April 2015.

Terbayang masa kecil di Komplek Dosen Universitas Lampung (UNILA). Di dekat rumah saya saat itu ada pohon pete yang tinggi sekali. Di atas pohon pete itu ada sarang Elang. Sehingga kami ketika masih kecil masih dapat melihat Elang terbang di langit atas atap rumah kami.

Dipublikasi di Tidak terkategori | 1 Komentar

Hari-hari Awal Kerja di Siemens Indonesia Setelah Lulus S1 dari Teknik Elektro ITB tahun 2004


Perusahaan pertama saya bekerja setelah lulus kuliah S1 di Teknik Elektro ITB adalah di PT. Siemens Indonesia dengan kantor di Siemens Business Park, dekat Patung Pancoran Jakarta. Akan tetapi, perusahaan saya di PT. Dian Graha Elektrika (DGE), dimana saya adalah pegawai kontrak selama satu tahun sebagai Microwave (MW) Service Engineer yang dipekerjakan di Siemens Indonesia. Microwave di sini bukanlah pemanas makanan, akan tetapi radio point to point untuk telekomunikasi penghubung antar tower.

Menjelang wisuda S1, saya mengirimkan sekitar 50 lamaran ke mana saja. Lamaran saya temukan di internet maupun koran. Khusus Siemens Indonesia, saya kirim 5 lamaran sekaligus untuk bidang Microwave (MW), Intelligent Network (IN), Core Network (CN), Radio, dan Medical. Ketika itu saya dipanggil wawancar untuk IN, dan kemudian ditempatkan di bidang MW.

Ketika saya mulai kerja, saya mendapatkan ID card dengan ada hologram wajah Bapak Siemens dari Jerman. ID card ini dipakai untuk presensi tiap hari dengan RFID. Akan tetapi, kami masih dapat menambah jam kerja di presensi jika ada lembur.

Ketika itu saya mendapatkan meja di lantai satu bersama para senior saya di bagian microwave radio point-to-point, Pak Halim, Pak Adi, Pak Jeffry, Pak Herbert, dan masih banyak lagi, dengan manager Pak Yusaf Waseem dari Pakistan.

Tampang karyawan baru.

Di sebelah saya ada karyawan orang Bule.

Saya mendapatkan sebuah komputer meja untuk baca-baca manual perangkat radio microwave point to point yang bernama SRAL XD, SRA 4, dll.

Setelah beberapa hari kerja, saya langsung di kirim ke kampung halaman di Lampung untuk melakukan on job training (OJT) dibawah bimbingan senior Pak Heri. Inilah pertama kalinya saya melakukan penerbangan. Sebenarnya saya pernah naik pesawat ke Aceh ketika saya masih kecil sekali dan hampir tidak ingat kecuali sepintas ingat rumah-rumah terlihat sangat kecil. Ketika itu saya menumpang Pesawat Merpati. Ketika saya pertama kali ke Bandara Soekarno Hatta di Cengkareng, saya merasakan Bandara tersebut sangat bagus sekali. Setelah saya ke luar negeri dan melihat Bandara-bandara di Luar Negeri, baru terasa bedanya.

Pesawat Merpati yang ditumpangi dari Cengekareng ke Lampung
Tiba di Bandar Radin Intan II Lampung.
Berjalan menuju ruang kedatangan Bandara Radin Intan II

Tiba di Bandar Lampung, sudah ada senior Pak Heri yang perlu saya ikut untuk OJT setting perangkat radio microwave point to point SRAL XD di tower-tower seluler milik salah satu operator BUMN di sekitar Bandar Lampung dan Lampung Selatan.

Kemudian setelah OJT, saya langsung diterjukan di proyek upgrade kapasitas sebanyak 1 STM perangkat backbone radio microwave point to point SDH milik salah satu operator selular di sepanjang lintas timur Sumatera dari setelah Palembang hingga Medan. Proyek di lapangan ini berlangsung selama beberapa bulan hingga akhir tahun 2004, dipotong liburan lebaran Idul Fitri.

Saya diberikan pasukan berupa teknisi satu orang Pak Arif dan satu supir serta satu mobil rental.

Salah satu jalur backbone ini adalah dari Batam menuju Pekan Baru, dengan tower-tower berada di beberapa pulau dan di pinggir dekat pantai timur pulau Sumatera.

Setelah lebaran selesai di Lampung, maka misi dilanjutkan, kami langsung terbang ke Pulau Batam. Jalur yang perlu diupgrade kali ini dari Tower di Pulau Batam menuju Pekan Baru. Tower di Pulau Batam ini salah satu gerbang data menuju dunia melalui Singapura.

Dari sebuah pulau, kami menaiki kapal boat motor kecil untuk tiga orang, seperti mau tenggelam di laut rasanya, karena pemandangan air laut yang luas dan sebagian tubuh di dalam boat berada di bawah permukaan air. Subhanallah.

Kami menginap di tiga pulau, yaitu Pulau Batam, Pulau Karimun, dan Selat Panjang di Pulau Tebing Tinggi. Kemudian naik kapal lagi ke Pekan Baru menyusuri sungai Siak.

Menyusuri Sungai Siak dari Selat Panjang ke Pekan Baru

Tiba di Pekan Baru sudah ada mobil rental dan supir baru yang menunggu untuk menemani dan mengantar kami sepanjang jalan lintas timur dari Pekan Baru ke Medan, menyelusuri tower demi tower yang berjarak sekitar 40 hingga 70 km antar tower tersebut.

Untuk site yang di dekat kota Pekan Baru, maka kami menginap di Hotel yang berlokasi di Kota Pekan Baru.

Bersambung …

Dipublikasi di Tidak terkategori | 2 Komentar

Baru Menikah Dikirim oleh Ericsson untuk Training ke Bergen, Norwegia, Mei 2006, Belajar Perangkat Optik Axessit


Bergen, Norwegia, adalah kota hujan, jadi ingat kota Bogor di Indonesia. Alhamdulillah, ketika kami training ke sana, saat itu selalu terang dan hangat, sekitar bulan Mei 2006. Kami disebut Lucky Guy oleh seorang yang menjelaskan bahwa biasanya di sana sering hujan dan mendung.

Ini merupakan perjalanan saya pertama kali dalam hidup untuk keluar negeri. Juga pengalaman pertama kali mempunyai paspor. Untuk mendapatkan paspor lumayan mudah karena semua diurus oleh sekretaris divisi dan ada petugas yang mengurusnya.

Kami transit di Amsterdam dari Indonesia untuk ganti pesawat lebih kecil yang langsung ke Bandara di Bergen. Jadi pengecekan passpor dilakungan di Amsterdam, Belanda, untuk visa Schengen. Sehingga, ketika di Bergen, kami tidak perlu lagi diperiksa paspornya. Ketika tiba di Bandara Bergen, kami disambut tulisan, “Welcome to Bergen” dan “get ready to explore Fjord Norway”.

Menukar uang di bandara pakai mesin dari Dolar ke mata uang Norwegia.

Setelah itu kami mencari tempat untuk menukar uang, dan kemudian menemukan mesin penukar uang dari Dolar Amerika menjadi mata uang Norwegia. Norwegia negaya kaya dari hasil Minyak Bumi, sehingga kehidupan di sini terasa mahal. Berbekal uang dari mesin ini, kami pun memesan taksi menuju ke hotel di pusat kota Bergen.

Di Norwegia banyak terowongan. Begitu ada gunung, ditembus. Katanya, sejak mereka menemukan dinamit, mereka banyak membuat terowongan menembus gunung-gunung.

Ada yang tinggal di atas bukit rupanya.

Setelah jalan cukup jauh melalui terowongan, melewati bukit, akhirnya tiba juga ke pusat kota Bergen.

Taksi yang kami pakai dari Bandara.

Harga taksi di sini lumayan mahal, kalau di rupiahkan dari bandara ke kota bisa habis setengah juta rupiah.

Akhirnya kami tiba juga di Hotel yang dipilihkan oleh sekretaris divisi di kantor kami. Alhamdulillah di tengah kota.

Kondisi di dalam kamar hotel.

Setelah Check In, masuk ke kamar. Istirahat sebentar. Kemudian kami keluar untuk melihat-lihat kondisi di sekitar hotel.

Penampakan hotel dari sudut pandang agak jauh.

Hotel ini dekat dengan pinggir laut, semacam pelabuhan kecil di tengah kota.

Bus Kuning dan Tiang Layar Kapal.

Kota Bergen kabarnya dulu juga sempat mau dijadikan ibu kota Norwegia.

Salah satu sudut jalan di Bergen.
Oleh-oleh souvenirs yang dipajang di etelase sepanjang toko-toko.

Bersambung, tulisan akan dipoles dan ditambahkan sedikit-sedikit ketika sempat.

Dipublikasi di Tidak terkategori | Meninggalkan komentar

Terbang ke Malaga Spanyol hingga Sidang Tertutup Disertasi dengan DOA Factor Graph


Sebuah paper conference proceeding tentang Time of Arrival (TOA) Factor Graph Geolocation merupakan paper yang pertama kali diberikan ke saya oleh Asisten Profesor Lab yang saya tuju di Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST). Rekomendasi dari sensei Asisten Professor ke sensei Full Professor di Lab menjadi pintu terbuka bagi saya untuk melanjutkan studi S3 ke Jepang melalui interaksi via email mulai dari Mei 2012. Ketika itu saya masih Lampung, mempersiapkan diri untuk berangkat ke Nomi, Ishikawa, Jepang pada tanggal 3 Oktober 2012. Oleh karena itu saya sudah mulai bekerja memplejari paper, melakukan simulasi, dan presentasi via Skype dengan kedua sensei saya di Jepang. Curi start penelitian beberapa bulan, agar ketika tiba di Lab di JAIST, saya sudah siap langsung tempur.

Siang Pertama ketika Awal Tiba di JAIST 4 Oktober 2012 16:23:27 PM Waktu Jepang.

Setelah mendapatkan beberapa hasil dari TOA Factor Graph, kemudian dipresentasikan ke perusahan sponsor proyek, ternyata TOA tidak dapat diukur gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh radio ilegal. Sehingga akhirnya sensei memberikan ide agar merubah penelitian dari tadinya menggunakan TOA menjadi DOA.

Diawali dengan belajar tentang MUSIC, ESPRIT, dan SAGE untuk mengukur DOA. Kemudian melakukan simulasi MUSIC, dan dilanjutkan untuk mereproduksi hasil dari DOA Factor Graph Geolocation dari paper rujukan. Rapat berikutnya saya sampaikan bahwa reproduksi masih mentok ke masalah di fungsi tangen yang tidak linier dan juga dua rujukan yang ada kesalahan sehingga perlu diperbaiki rumus-rumusnya.

Akhirnya cari terus referensi siang malam bagaimana menjadikan fungsi tangent menjadi linier. Ketika itu bulan Desember 2012 sedang musim dingin. Saya masih sendiri di kota Nomi. Untuk menghemat listrik yang mahal di apartemen staf yang saya tempati, karena besarnya watt untuk menjalankan pemanas (heater) di kamar, juga laptop yang dipinjamkan masih tipe lama dan lambat karena saya orang baru, serta leptop pinjam punya adik yang juga masalah di layar, akhirnya saya putuskan untuk menggunakan komputer server di lab yang cepat, dan tidur di kursi.

Meja tempat berkarya sejak 4 Oktober 2012 hingga Juni 2016.

Hingga akhirnya mulai dapat informasi, slide kuliah, dan lainnya mengenenai aproksimasi pada engineering. Salah satu yang didapatkan untuk membuat fungsi non-linier menjadi linier adalah dengan orde pertama deret Taylor. Akhirnya diterapkan pada fungsi tangen untuk DOA factor graph. Alhamdulillah, teknik DOA Factor Graph bekerja dengan baik. Pihak sponsor pun senang.

Sensei gembira dan langsung meminta menuliskan dalam bentuk sebuah paper Technical Document untuk diperesentasikan di Scientific Meeting COST IC1004, Malaga, Spanyol, Februari 2013. Sensei mengatakan bahwa JAIST adalah salah satu dari dua universitas di Jepang yang menjadi anggota COST IC1004 di Eropa.

Transit di Bandar Instanbul Turki 5 Februari 2013.

Saya dan sensei Asisten Profesor berangkat ke Malaga dengan penerbangan Turkish Airlines. Kami transit sebentar di Istanbul, makan ayam goreng halal, kemudian langsung terbang lagi ke bandara Malaga. Ingin sekali rasanya bisa keluar bandara menikmati sesaat indahnya kota Istanbul dan sejarah yang luar biasa di sana. Akan tetapi, kami hanya ada visa Schengen saja di pasport, tidak ada visa Turki. Akhirnya kami hanya bisa menunggu di dalam Bandara Saja. Salah satu alasan kenapa memilih Turkish Airlines adalah agar lebih mudah untuk mendapatkan makanan halal ketika di dalam Pesawat

Makan Ayam Goreng Halal di Bandara Instanbul Turki dan Juga Sholat Subuh Berjama’ah.

Kemudian kami melanjutkan lagi dengan Turkish Airlines menuju kota Malaga di Andalusi, Spanyol. Alhamdulillah, kami tiba dengan selamat dan lancar dalam antrian imigrasi untuk periksa dan cap paspor kami. Ketika melewati belt pengambilan koper bagasi, ada yang unik di layar, di mana sebuah kata dalam bahasa Indonesia tertulis “Cinta”. Sepertinya ini petunjuk kota asal sebuah penerbangan.

Band Belt “CINTA” di Bandara Malaga.

Keluar dari bandara kami melihat kondisi suasana khas suasana bandara. Kami pun mencari transportasi menuju ke pusat kota Malaga untuk menuju Hotel Molina Lario, tempat kami menginap sehingga kami dapat melakukan Check In.

Suasana ketika keluar dari Bandara Malaga Andalusia.

Kota Malaga adalah salah satu dari kota dermaga Andalusia.

Hotel kami dekat dengan bangunan besar dan megah, Dahulu bangunan tersebut adalah Masjid Agung Malaga. Sekarang sudah dirubah menjadi Gereja.

Masjid Agung Malaga Andalusia yang telah dirubah menjad Gereja Katedral dan Museum. Foto kami ambil dari jendela Hotel tempat kami menginap.

Hotel kami yang di tengah kota juga dekat dengan Benteng Istana peninggalan zaman Andalusia.

Kami berdua menggabungkan anggaran menginap sehingga bisa mendapatkan kamar yang besar dan menghadap ke Jalan Utama.

Pemandangan Sore Hari dari Jendela Kamar Hotel.

Kami menuju tempat pertemuan dengan menggunakan bus. Untuk menuju halte bus dari hotel, kami perlu jalan kaki terlebih dahulu. Rute favorit kami melalui jalan lorong untuk pejalan kaki yang diberian ubin cukup indah, dibandingkan harus menyisiri jalan raya. Dengan deretan toko-toko sebelah kanan dalam arah dari hotel menuju halte bus.

Setelah melalui lorong tersebut, barulah kami tiba menyelusuri trotoar di pinggir jalan raya hingga menemui halte bus.

Pernah ada seorang wanita bersama ibunya yang tua berdiri dalam bus. Kami berikan tempat duduk ke mereka. Mereka bilang terima kasih dan terlihat ada titik air di mata wanita tersebut. Saya sempat tertegun.

Sepanjang trotoar ditanam pohon jeruk sunkist dengan buah orange yang banyak menggantung, membuat jalanan terlihat indah dengan wana hijau dan orange.

Trotoar Pinggir Jalan Yang Penuh dengan Pohon Jeruk di Depan Universitas Tempat Diselenggarakannya Scientific Meeting.

Kegiatan Scientific Meeting ini berlangsung selama 3 hari. Hari pertama adalah pembukaan di ruang besar dengan presentasi oleh beberapa Keynote Speaker, pada tanggal 6 Februari 2013. Barulah kemudian ketika kami mempresentasikan paper technical document kami pada tanggal 7 Februari 2013, kegiatan dilakukan terpecah-pecah di ruang-ruang kelas.

Pembukaan dipimpin oleh Prof. Dr. Narcis Cardona Chairman of EU COST IC1004.

Kami mempresentasikan dua paper technical document, yaitu saya dan Asisten Profesor.

Mempresentasikan Technical Document di Scientific Meeting.

Kemudian kami bertemu dengan Asisten Profesor di universitas host yang juga menjadi anggota technical program committee TSSA Teknik Telekomunikasi ITB. Ketika saya mau berangkat ke Malaga saya coba kontak profesor tersebut untuk bincang-bincang sejenak. Penelitian Asisten Profesor tersebut mengenai komunikasi via optical.

Alhamdulillah di kantin kampus ini rupanya disediakan makanan Halal. Jadi kami tidak perlu pusing lagi memikirkan mau makan apa di siang hari.

Salah satu menu makanan halal di kantin kampus.

Tantangan lainnya adalah mencari tempat untuk sholat ketika sedang di kampus ini selama kegiatan di siang hari.

Keliling kampus cari tempat sepi untuk Sholat.

Di waktu luang kami naik mobil dua tingkat dengan atap terbuka untuk keliling pusat kota Malaga.

Kami menempati bagian atas bus ketika berangkat.

Kemudian kami turun di bukit dan puncak benteng untuk berfoto-foto. Setelah itu, kami memilih duduk di bus bagian bawah.

Selain itu Bus ini juga membawa kami ke atas benteng peninggalan Malaga masa Andalusia, dan juga di atas bukit tersebut kami dapat mengambil foto pemandangan kota Malaga di sepanjang pinggir pantai.

Kemudian dilanjutkan dengan jalan kaki menyelusuri gang-gang di pusat kota Malaga. Lihat toko oleh-oleh.

Jalan dan duduk di pinggir pantai.

Makanan halal kami seperti biasa mencari kebab Halal. Pernah di malam hari ada gala dinner dari panitia. Kami tidak ikutan. Kami jalan menuju restoran halal dengan melihat dari aplikasi peta.

Kami sempat diskusi apakah ke Jabal Tariq, atau Granada, atau Cordoba. Akan tetapi, karena kesibukan, kami hanya sempat keliling kota Malaga saja.

Pulang dari Malaga, kami menumpang kembali Turksih Airlines, dan transit kembali di kota Instambul, Turki. Kembali lagi kami tidak bisa keluar karena tidak ada visa. Semoga Allah berikan kesempatan agar dapat keluar bandara Isntambul dan mengunjungi kota-kota di Turki.

Kemudian setiba di Jepang, kami mendapatkan email kabar gembira dari panitia, bahwa paper kami yang saya presentasikan terpilih menjadi salah satu paper yang ringkasan setengah halaman A4 paper kami dimasukkan ke dalam newsletter COST IC1004 edisi Maret 2013. Total ada 4 paper yang terpilih dari 80-an technical document yang dipresentasikan saat itu dari berbagai negara. Sensei asisten profesor berpendapat bahwa mungkin teknik geolokasi mulai naik daun.

https://rezakahar.wordpress.com/2013/04/15/selected-tecnical-document-paper-in-cost-ic1004-6th-meeting-in-malaga-spain-feb-2013/

https://rezakahar.wordpress.com/2013/02/13/6th-meeting-cost-ic1004-in-malaga-spain-6-8-feb-2010/

Kemudian saya coba tuliskan teknik yang kami temukan ini untuk dipublikasikan pada konferensi. Setelah beberapa kali ronde revisi oleh sensei profesor supervisor saya, kami dapat kabar dari perusahaan sponsor, bahwa hasil eksperimen mereka dengan partner universitas kami yaitu Titech, bahwa pengukuran DOA dengan 3 elemen antena larik (array antenna) menunjukkan hasil pengukuran yang kurang baik. Sebagai informasi bahwa Titech disebut singkatannya sebagai Todai dalam bahasa Jepang yaitu Tokyo Daigaku. Sedangkan JAIST biasa disebut Sentang Daigaku.

Akhirnya sensei saya memberikan instruksi untuk mencari parameter propagasi gelombang elektromagnetik yang lain selain TOA dan DOA. Ketika itu sekitar bulan Juli 2013. Kami baru saja menyelesaikan pertemuan untuk memasukkan paten dari teknik yang kami temui ini. Semua proses paten dikerjakan oleh perusahaan sponsor dan perusahan pihak ketiga yang khusus mengurus paten.

Saya memutuskan untuk mencoba TDOA Factor Graph. Saat itu ada grup peneliti dari Jerman yang sudah publikasi paper tahun 2006 dan 2007 yang berbasikan fungsi hiperbola. Saya coba untuk reproduksi, akan tetapi gagal. Ada bagian yang disembunyikan dan juga contoh yang salah. Sehingga sulit sekali untuk reproduksi. TDOA secara teori dapat diukur dari gelombang yang dipancarkan oleh ilegal radio.

Selama saya konsentrasi di TDOA, saya biarkan dulu teknik DOA Factor Graph. Hingga tanggal 19 Mei 2014, saya berhasil menemukan TDOA Factor Graph sendiri dengan modifikasi dari TOA sehingga tidak perlu menggunakan fungsi Hiperbola. Maka sensei pun memberikan lampu hijau untuk menulis. Akhirnya kembali TDOA saya tinggalkan setelah diurus patennya. Saya kembali lagi ke paper DOA Factor Graph. Saya teruskan menulisnya, sehingga sekitar akhir tahun 2014 kami submit ke IEEE ICC 2015. Ternyata paper kami ditolak. Sensei meminta untuk memperbaiki sedikit kemudian submit ulang ke jurnal IEICE TCom. Ternyata paper kami ditolak kembali. Kemduian kami revisi sedikit, besoknya kami submit ke jurnal EURASIP JWCN Q2 sekitar bulan April 2015.

Sambil menunggu proses review paper DOA Factor Graph ini, saya melanjutkan menulis jurnal untuk IEEE TWC untuk teknik TDOA Factor Graph kami. Kemudian setelah submit, saya meneruskan dengan paper hasil minor research dan kami submit ke AMS 2015 di Kuala Lumpur, dan mendapatkan best paper award. Sementara itu kabar buruk juga muncul dari IEEE TWC bahwa paper kami ditolak dengan 36 komentar oleh 4 reviewer. Sedangkan paper EURASIP JWCN masih belum ada kabar juga sehingga kami coba emailkan berkali-kali untuk menanyakan hasil review.

Batas pendaftaran untuk bisa wisuda Maret 2016 agar lulus pas 3 tahun pun tidak bisa dilakukan, karena belum ada jurnal yang diterima. Bulan November 2015 akhirnya muncul juga hasi review paper DOA Factor Graph oleh EURASIP JWCN. Paper kami diterima dengan kondisi harus diperbaiki. Sensei saya mengizinkan saya mulai menulis disertasi untuk kemudian sidang terutup Disertasi.

Salah satu contoh coretan dari salah satu sensei untuk reply letter jurnal kami.

Dalam beberapa bulan saya susun disertasi dari paper EURASIP JWCN untuk Bab ke-3, paper yang ditolak oleh IEEE TWC setelah direvisi untuk Bab ke-4, kemudian temuan baru di tahun 2015 untuk dimasukkan Bab ke-5 sekalian disubmit ke jurnal European Wireless (EW) di Oulu, Finlandia, Mei 2016. Best paper di AMS September 2015 dan juga IEICE General Conference Kyoto Maret 2015 dimasukkan ke Bab ke-5 juga. Paper AMS 2015 ini pun diundang untuk diterbitkan di jurnal IJSSST.

Setelah submit hasil revisi jurnal Eurasip JWCN, saya pun sidang tertutup Disertasi dengan 5 penguji, dimana 2 diantaranya via Skype. Sidang setelah maghrib di musim dingin hingga jam 10 malam karena salah satu penguji perlu mengejar kereta untuk pulang ke rumah. Jika tidak sidang bisa hingga waktu tak terbatas. Alhamdulillah saya dinyatakan pass untuk bisa sidang terbuka.

Sidang terbuka memerlukan jurnal yang diterima. Akan tetapi, proses review kedua jurnal EURASIP JWCN belum ada kabar. Akhirnya, dapat kabar gembira diterima jurnal IJSSST, sehingga saya bisa sidang terbuka 27 April 2016, untuk wisuda akhir bulan Juni 2016. Alhamdulillah saya pun lulus sidang terbukan dengan nilai 2 A dan 3 B. Sensei saya bilang, kalau saya dapat 3 A bisa dapat best student award.

Sidang Terbuka Disertasi 27 April 2016.

Sekitar bulan Agustus 2016, akhirnya teknik DOA Factor Graph dipublikasikan di EURSAIP JWCN. Kemudian teknik ini saya transfer ke teman yang melakukan post doctoral di JAIST. Teman ini saya ajarkan jarak jauh via email dan messenger. Saya kirimkan code saya agar bisa dimodifikasi olehnya. Kemudian saya jelaskan paper dan disertasi saya sejelas mungkin. Akhirnya dirinya dapat mengembangkan teknik DOA Factor Graph menjadi 3 dimensi (3D) dan multi target. Kemudian kami publikasikan di IEEE Access Q1 IF 4.098 bulan Juli 2019.

Setelah itu saya berikan ide ke teman saya untuk mengembangkan lagi untk tracking target bergerak. Saya berikan ide teknik dan paper rujukan. Teman saya berhasil mengembangkannya. Kemudian kami tulis untuk IEEE Access lagi. Saat ini sedang revisi ronde ketiga sebelum disubmit ke IEEE Access di akhir Desember 2019 ini.

Tulisan ini masih kasar, ditulis dengan kebut dalam 1 – 2 jam saja. Akan dicoba diperhalus, dikembangkan, dan diberikan foto-foto.

Dipublikasi di Tidak terkategori | 1 Komentar

Kumpulan Status Singkat Page Facebook Berbagi Pengalaman PhD di Jepang


Berbagi Pengalaman PhD di Jepang

October 29 · Novelty tertinggi didapatkan ketika didoakan ibu saya.

October 29 · Sidang tertutup saya dievaluasi page by page dengan waktu tak terbatas oleh 5 penguji. Alhamdulillah ada salah satu penguji rumahnya di kota sebelah jadi perlu waktu agar tidak ketinggalan kereta, akhirnya bisa selesai tidak terlalu malam disesuaikan dengan jadwal kereta.

October 29 · 2 dari 5 penguji disertasi saya, menguji sidang tertutup dan terbuka via skype.

October 19 · Setelah research selama 2 tahun, baru sensei Ok dengan Novelty dan memberikan lampu hijau untuk menulis.

October 5 · PhD
Philosophiae Doctor

August 5 · Alhamdulillah, Masya Allah, IEEE Access, Q1, IF 4.098. Bagi yang ingin membaca lengkap dapat langsung ke https://ieeexplore.ieee.org/document/8763932.

Paper ini merupakan kelanjutan dari paper kami di EURASIP Journal on Wireless Communications and Networking (JWCN), Springer Nature, Q2, IF 1.592 18 Agustus 2016, di https://jwcn-eurasipjournals.springeropen.com/…/s13638-016-…, dan Chapter 3 Disertasi Doktor kami di https://dspace.jaist.ac.jp/…/bitstr…/10119/13717/6/paper.pdf

July 18 · Ketika jadi murid PhD saya mengerjakan proyek sensei tetapi tidak bisa digaji dari proyek karena konflik dengan fellowship.

July 18 · Novelty, Journal, Conference, Q1-Q4, Disertasi, Scopus, WOS, dll semuanya sudah tertulis di Lauh Mahfudz, jalani saja dan berdoa.

July 18 · Setelah kerja keras dan cerdas, urusan lulus PhD ada di hati sensei atau supervisor, sedangkan Allah Sang Pembolak-Balik Hati.

July 13 · Pertama kali menjejakkan kaki di Jepang 4 Oktober 2012 dengan Visa Professor.

July 13 · Allah Subhana Wa Ta’ala adalah Sang Pembolak Balik hati, berdoa kepada Allah agar mengkondisikan hati supervisor, editor, reviewer.

July 13 · Setelah ganbatte berusaha keras, urusan lulusan PhD, diterimanya paper di Jurnal semua masalah hati para sensei, editor, reviewer.

July 13 · Salah satu tips yaitu baca yang banyak sampe pusing terus tidur agar otak kerja sendiri otomatis, pas bangun dapat ide baru.

July 11 · Bagi yang lulus master di JAIST bisa transfer 4 mata kuliah, jadi tinggal ambil satu mata kuliah kemudian konsentrasi research.

July 11 · Jadi sensei meminta saya untuk sekali lagi ambil mata kuliah Information Theory, Alhamdulillah dapat nilai A.

July 11 · Mata kuliah Information Theory tidak bisa ditransfer karena lab sensei adalah lab Information Theory.

July 11 · Mata kuliah yang bisa transfer ada dua sebenarnya tapi hanya satu yang lolos yaitu Statistical Signal Processing.

July 8 · Ketika PhD di JAIST saya harus mengambil 5 mata kuliah. Alhamdulillah satu mata kuliah bisa transfer dari ITB.

July 8 · Ketika menjadi PhD student, saya harus mengganti visa dari Professor menjadi Student.

June 30 · Alhamdulillah kemudahan ketika saya apply PhD yaitu seleksi murni berkas tanpa perlu presentasi, tanya jawab, interview, dll.

March 14 · Awali kuliah PhD dengan Ikhlash dan pasrah kepada Allah siap di kick kapan saja tapi tetap agresif target 5 jurnal Q1.

March 14 · Targetkan di Proposal Research 5 jurnal Q1 published selama studi S3.

March 14 · Tips dari rekan se-lab saya ketika Sidang Tertutup atau Pre-Defense, Aktifkan record suara laptop agar perbaikan Disertasi lancar.

March 4 · Rahasia bisa top three di entrance exam Doktor salah satunya karena research proposal dikoreksi Asisten Professor beronde-ronde.

March 4 · Sensei saya yang full Professor bilang kalau saya termasuk top three ketika seleksi ujian masuk program Doktor di JAIST.

February 2 · 3 Chapter Disertasi tersebut didaftarkan pada Paten Jepang berturut-turut pada tahun 2013, 2014, dan 2015.

January 18 · Disertasi saya terdiri dari 6 Bab. Bab ketiga, keempat, dan kelima semuanya terdaftar di Paten Jepang (Japan Patent).

January 18 · Saya diterima menjadi mahasiswa PhD di JAIST melalui jalur Graduate Research Program (GRP).

January 10 · Sensei mengatakan bahwa lucky bagi mahasiswa yang research dengan sponsor private company yaitu temuannya dijadikan Patent.

December 25, 2018 · Penguji kelima ada Associate Professor dari School of Information Science, JAIST.

December 19, 2018 · 
Penguji keempat adalah Associate Professor dari Associate Professor
School of Computer Science and Technology, Tianjin University
.

December 18, 2018 · Penguji ketiga adalah Associate Professor di Japan Advanced Institute of Science and Technology.

December 17, 2018 · Penguji kedua adalah Full Professor dari Hokkaido University.

December 17, 2018 · Penguji pertama adalah Full Professor dari Tokyo Institute of Technology (Titech atau Tokodai).

December 17, 2018 · Sidang tertutup atau pre-defense disertasi doktor saya dilakukan dengan 5 penguji dan 1 pembimbing atau promotor.

December 5, 2018 · Waktu untuk menulis disertasi untuk pre-defense sekitar sebulan lebih.

December 4, 2018 · Pre-defense atau Close Defense saya ketika itu baru diberikan lampu hijau untuk dilaksanakan setelah mendapatkan email conditioner acceptance dari EURASIP Journal Journal on Wireless Communications and Networking (JWCN) sekitar Januari 2016, sedangkan Maret 2016 sudah harus pre-defense. Mepet sekali.

November 15, 2018 · Allah sang pembolak-balik hati… Dalam proses student PhD ini komunikasi dengan para sensei sangat penting, doakan agar dimudahkan, dilancarkan, mereka mengerti yang kita maksudkan.

November 8, 2018 · Novelty itu karunia dari Allah, tenangkan fikiran, pasrah, terus berikhtiar dan berdoa. Perbanyak baca literatur, direnungkan, coret-coret rumus, dibayangkan, diimajinasikan, dinikmati …

Dipublikasi di Tidak terkategori | 1 Komentar

Surat Motivasi (Letter Motivation) Untuk Aplikasi PhD


Ada sahabat bareng ketika sedang S2 di ITB tempo hari sedang minta contoh letter of motivation saya ketika apply S3. Karena sahabat saya ini akan presentasi proposal research dia langsung di depan profesor.

Sekalian saja saya share di sini, untuk nambah-nambah amal jariah di alam kubur aamiin. Siapa tahu ada satu dua kalimat yang bisa dipakai.

Ini adalah salah satu syarat saya ketika apply S3 di JAIST. Tapi bahasa Inggris waktu itu jelek banget ya, padahal TOEIC sudah 860 skor-nya waktu tahun 2012.

Sehingga, saya revisi saja yang salah-salah di bawah ini. Jadi, ini versi revisi, tapi tidak merubah rasa dan makna versi original. Kalau mau lihat versi yang salah-salah atau versi bad English saya atau broken English, japri saja ya.

Saya jadi mengerti kenapa para sensei saya tak ada berhentinya berusaha memperbaiki bahasa Inggris saya selama hampir 4 tahun tersebut.

——–

Japan Advanced Institute of Science and Technology
1-1 Asahidai, Nomi, Ishikawa, 923-1292, JAPAN

Statement of Professional Goals
(研 究 計 画 書)

Please state the research subject (your purpose and objective). You can include your research career and publications, if any. Feel free to add an extra page in any form if necessary.
(研究課題とその目的及び方針について記載すること。研究実績及び研究に関する出版物があれば,記載してもかまいません。記入欄が不足する場合は,適当に別紙に記入して添付すること。)

I have a mission in my academic plan to complete my study up to Doctoral Degree in Telecommunication Engineering which is the highest degree in academic field. This is part of my life planning having several targets in education such as to hold a Master Degree, Doctoral Degree, and to become International Reference with the maximum of age of 30, 35, and 40 years old, respectively.

My education background with Bachelor Degree from Electrical Department of Institut Teknologi Bandung (ITB), the finest university in Indonesia with international reputation, provides me an excellence knowledge in Electrical Engineering field, especially in Electromagnetic Wave, Antenna and Propagation, and Electronic Communication. Furthermore, I achieved high mark of these courses held in Transmission Radio and Microwave Laboratory, ITB. Moreover, my final project regarding the Stream Control Transport Protoloc (SCTP) as well as the courses, taken in Telematic Laboratory, ITB, complete my knowledge background in Telecommunication Engineering.


After I graduated from the Bachelor program in 2014, I continued my career path in Siemens Indonesia as Microwave Service Engineer for one year. In this company, I performed the installation and commissioning work of plesiochronous digital hierarchy (PDH) and synchronous digital hierarchy (SDH) microwave radio for access and backbone of mobile telecommunication infrastructure in Indonesia. I have learned many things regarding the microwave point-to-point radio and also the mobile telecommunication second generation (2G) in this company.

After one year in Siemens Indonesia, I continued my career path to enchance my telecommunication knowledge in Ericsson Indonesia for almost 5 years as Solution Engineer for Microwave, Transmission and Broadband Network. In this company, I have also learned so many things to complete my knowledge of end-to-end telecommunication technology as well as the business process. Furthermore, I continued to learn the PDH and SDH microwave radio systems. Then, I have expanded my knowledge to hybrid and packet ethernet, internet procotol (IP), and pseudowire radios. I have also learned the 3G, long term evolution (LTE) technology of 4G, quality of service (QoS), multiprotocol label switching (MPLS), dense wavelength division multiplexing (DWDM), optical networks, metro ethernet, etc.

As a Solution Engineer, I have a role in the front side of the business for bidding and negotiation to obtain the contracts from the mobile communication operator companies. Also, I have received so many trainings regarding the newest products, future roadmap of technologies, and softskills. In 2008, I have been chosen as the Microwave Champion in Ericsson Indonesia to lead the technical things of microwave radio products and to increase the product selling in Indonesia. Also, the other responsibility is to share the knowledge to the other colleagues in South East Asia and Australia region. Finally, my achievement in this company was completed with receiving the award of top performer of Ericsson employee.

As the leader of technical thing for microwave radio technologies in Ericsson, I have interacted to many microwave and radio research teams in several countries, e.g., Sweden, Italy, Norway, Germany, etc. My interactions with many researchers of PhD degree holder in Ericsson provided me the spirit to continue my study in telecommunication engineering research. Also, after 5 years in this company, I have been reached close to 29 years old. Then, I decided to resign from Ericsson Indonesia to pursue achieving my Master Degree in ITB.

I continued my study in Master Degree program at Electrical Engineering Departmen, ITB, with the option of Telecommunication Engineering and the stream of Wireless Engineering. My master thesis is to provide the contribution of investigation of LTE Channel Estimation in High Altitude Platform (HAPs) environment. I have completed all my courses with GPA of 3.82, then graduated in 13 July 2012 with Cum Laude predicate. My thesis examination defense received a mark of excellence (A). During my master degree study, beside performing the research for my master thesis, I was also performing the research on the two courses, i.e., Array Signal Processing Course and Random Fading Channel Course. In Array Signal Processing Course, we had to create two simulations, write them in paper, then present them to the professor for midterm and final exam. Therefore, I have submitted one of the papers to the new local journal written in Indonesian language, however it is still not published yet. In the other course, we performed research in Random Fading Channel Course to measure the channel frequency response using vector network analyzer. All of mentioned above are my experiences in the research activities.

The chance to study abroad is very important for me. I have waited for so long to obtain the chance. Studying in an international environment, and being taught and supervised by professionals in the field, that I am so excited at, is a valuable experience and will be very useful for my future in professional carrier or in the business activities.

I have observed that Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST) is one of leading research university and famous in the world. Professors and students in JAIST have given many contributions to science and technology, especially in Telecommunication. Then, I am so interested to join and perform research in JAIST, providing my best potential knowledge and experience. My expectation in studying PhD degree is to perform the research in 4G and 5G Mobile Telecommunication Technology, LTE Advanced, Geolocation with Factor Graphs, Network Coding, Relaying System, etc. I expect to publish as many as possible of my research in International Journals and Conferences.

After graduating from Doctoral Degree program, I want to continue my research in Post Doctoral program to enhance my knowledge and experience in telecommunication research. I would like to have patents in this Industry. I am planning to be a Professor in Telecommunication Technology. Finally, I hope that my knowledge can be useful for Human Mankind in the world for the goodness.

Attached with this statement of professional goals is my research plan to perform the research in PhD study with the title of TOA/DOA/RSSI-based Geolocationing Illegal Radio Wave Emission Using Factor Graphs.

Dipublikasi di Tidak terkategori | 1 Komentar

Ibunda-ku dan PhD-ku


Inna lillaahi wa innaa ilaihi raji’uun…

Allahummaghfirlahaa Warhamhaa Wa’aafihaa Wa’fu’anhaa Waakrim Nuzuulahaa Wawassi’ Madkhoolahaa…

Mohon doanya untuk arwah Ibunda kami Dra. Hj. Cut Rohani Bitai, MPd binti Hi. Teuku Bitai Badai yang telah meninggal hari Selasa, 12 Maret 2019.

Ibunda saya adalah salah satu yang berkontribusi besar di PhD saya.

Ketika saya dapat kesempatan untuk PhD dengan diawali dengan mengerjakan proyek sensei sambil mempersiapkan proposal serta aplikasi untuk menjadi PhD student, saat itu saya tidak mendapatkan beasiswa.

Saya berangkat harus ada modal untuk tiket pesawat dan biaya hidup bulan pertama sebelum gaji proyek masuk.

Ketika itu saya tidak punya lagi simpanan karena seluruh tabungan habis untuk S2 di ITB dengan biaya sendiri dan sudah resign dari Ericsson Indonesia. Saya mengontrak rumah di Bandung bersama istri dan dua anak saya.

Ibu saya yang menyemangati kami sekeluarga untuk mengambil kesempatan ini, dan mengatakan bahwa kalau tidak nekat maka tidak akan sukses.

Ibu saya memberikan ke saya modal 12 juta rupiah untuk beli tiket Air Asia dari Jakarta ke Osaka, lanjut dengan kereta Express dari Osaka ke Komatsu, serta uang makan, apato, listrik, air, selama survival bulan pertama sebelum gajian.

Ibu saya juga mendukung S3 saya dengan membantu membayarkan tuition fee saya beberapa semester ketika kami sedang kesulitan karena saya bersama istri dan tiga anak hanya mengandalkan gaji dari Doctor Fellowship 23 jam per pekan, allowance anak dari pemerintah Jepang, dan sedikit gaji CPNS karena ketika saya di Jepang, saya diterima sebagai CPNS. Untuk kehidupan bulanan, bayar apato, keperluan anak, makan, transportasi, listrik, air, gas, tuition fee, entrance fee, asuransi, pajak, semuanya Alhamdulillah habis bahkan kurang.

Ibu saya juga yang memberikan tiket ke saya untuk pulang pergi serta gaji yang hilang selama sebulan ketika saya melaksanakan prajabatan CPNS.

Ibu saya juga memberikan dana tiket untuk kepulangan kami ke Indonesia setelah lulus.

Selain dana tentu saja doanya yang penuh berkah dah dikabulkan Allah. Bahkan doanya juga dengannya Allah membuat saya tiba-tiba langsung bisa menyelesaikan problem puncak research saya sehingga sensei memberikan lampu hijau untuk saya segera menulis dan publikasi. Doanya kepada Allah dikabulkan sehingga Allah menjadikan kami bisa survive tanpa beasiswa bisa menyelesaikan PhD saya.

Demikian kontribusi ibu diantara kontribusi dari sekian banyak orang disekitar saya sehingga saya mendapatkan gelar PhD saya. Tanpa adanya ibu saya, belum tentu Allah memberikan PhD ke saya.

Semoga ilmu PhD saya menjadi amal jariah ibu saya yang pahalanya mengalir terus ke alam kubur.

Semoga Allah ampuni dosa ibu saya, merahmatinya, memaafkannya, memuliakannya, mensucikan ya menjadi bersedih seperti kain putih bebas dari kotoran, melapangkan kuburnya, menerangkan kuburnya, memberikan teman terbaik dari amal baiknya, dicatat ruhnya di kitab ‘Illiyin, dimudahkan menjawab pertanyaan Munkar dan Nakir, melindunginya dari siksa kubur dan neraka, memudahkan hisabnya, melancarkan penitian jembatan sirath, dan dimasukkan ke surga dari pintu sholat maupun puasa, zakat, dan pintu lainnya.

Semoga kami dipertemukan kembali di surga tanpa terkena siksa neraka dan kubur.

Muhammad Reza Kahar Aziz, ST., MT., PhD.

Dipublikasi di Tidak terkategori | 2 Komentar

Deadline Submit Proposal PhD dan Allah Sang Pembolak-balik Hati


Salah satu bagian yang krusial dalam studi PhD di JAIST adalah masa submit proposal Disertasi, jika mundur, maka mundur masa PhD sebanyak satu semester. Ketika itu saya mendapatkan hanko atau seal atau cap sensei untuk proposal disertasi saya menjelang tutup admission di waktu deadline hari itu.

Alhamdulillah Allah membolak-balikkan hati sensei, sehingga hatinya bahagia, mood bagus, karena baru presentasi proyek mencari dana, sehingga memberikan petunjuk kalimat terakhir pemungkas di proposal sehingga menurutnya proposal menjadi strong dan layak untuk disubmit. Padahal proposal ini sudah bolak-balik direvisi masih juga sensei belum puas. Akhirnya dengan kalimat terakhir itu, sensei mau memberikan cap-nya yang sangat penting untuk kelulusan tersebut.

Begitu cap diberikan, langsung saya lari sepanjang lorong memberikan beberapa lembar print out dari proposal disertasi ke kantor admisi. Alhamdulillah pas, dan diterima masih ada waktu beberapa menit sebelum deadline. Secara official saya bisa lulus 3 tahun. Walaupun kenyataannya saya lulus 3 tahun 3 bulan karena nunggu acceptance dari jurnal.

Ada teman seberang meja satu lab, orang Jepang yang master tidak mendapatkan cap dari sensei karena proposal tesisnya belum ok. Akhirnya harus mundur satu semester. Sebagai antisipasi, teman tersebut langsung pindah lab.

Demikian salah satu perjuangan PhD yang ditempuh.

Dipublikasi di Tidak terkategori | 1 Komentar

Belum Kesampaian Haji Ketikah Kuliah PhD


Dulu waktu S3 di Jepang inginnya bisa naik Haji, ternyata skenario Allah belum mengizinkan, karena saya tidak dapat beasiswa, jadi kuliah biaya sendiri dari kerja research sebagai Doctor fellowship. Sedangkan peraturan Jepang mewajibkan bahwa student hanya boleh digaji maksimum 28 jam per pekan, jika digaji lebih, maka akan dideportasi karena dianggap kerja ilegal melanggar peraturan. Walaupun mengerjakan proyek, saya tetap tidak bisa digaji oleh proyek karena konflik budget dengan gaji research dari universitas. Belum lagi ada batasan maksimum gaji hanya boleh 28 jam per pekan walaupun dulu kerjanya Doctor fellowship.

Akhirnya kehidupan di Jepang bersama istri dan tiga anak, tanpa beasiswa, tuition fee bayar sendiri, asuransi yang jauh lebih besar dari penerima beasiswa yang dianggap hibah, dan bayar pajak, saya kadang masih dibantu orang tua waktu itu untuk tiket pergi pertama kali ke Jepang, ongkos pulang sekeluarga ketika lulus, beberapa kali dibantu bayar tuition fee, dan bahkan tiket pulang pergi prajab serta pengganti gaji fellowship sebulan yang hilang akibat prajab.

Teman-teman yang dapat beasiswa, income dianggap hibah, sehingga masih dapat tambahan gaji dari profesor untuk research atau baito kerja part time di luar. Sehingga mahasiswa yang mendapatkan beasiswa dapat berangkat Haji.

Saya tempo hari sudah dapat izin boleh berangkat Haji dari sensei. Tapi rupanya rezeki finansial untuk bayar ongkos Haji masih belum didapatkan saat itu.

Sensei saya sempat bilang ke saya, karena sensei juga profesor di Finlandia, bahwa muridnya di sana bisa digaji penuh tanpa batasan maksimal 28 jam per pekan seperti di Jepang. Sensei termasuk yang merasa kurang nyaman karena ada proyek tapi tidak bisa menggaji mahasiswa dari proyek. Sensei punya filosofi bahwa ada lingkaran research yaitu good student -> good result -> good project/money to pay good student.

Semoga Allah segera berikan rezeki kesehatan, waktu, finansial, kekuatan, sehingga bisa umroh dan haji.

Dipublikasi di Tidak terkategori | 1 Komentar

Perjalanan Sebagai Presenter di European Wireless, Oulu, Finlandia, Mei 2016


Menjelang sidang tertutup Disertasi Doktor, kabar gembira datang dari sebuah Workshop di European Wireless yang memberitahukan bahwa paper atau makalah kami, tentang deteksi posisi radio ilegal dengan menggunakan perbedaan kuat sinyal yang diterima antar sensor, diterima untuk dipresentasikan dan juga diterbitkan pada prosiding. Makalah ini merupakan bagian dari Bab 4 Disertasi Doktor saya.

Setelah beberapa bulan kemudian waktu keberangkatan makin dekat, pertama yang harus dilakukan adalah berangkat ke Tokyo untuk membuat visa ke Finlandia. Menggunakan kereta cepat dari Kanazawa di pagi hari, dalam waktu singkat sudah tiba di stasiun Tokyo, kemudian ke kedutaan besar Finlandia. Perjalanan yang menarik juga, sebaiknya diceritakan terpisah.

Singkat cerita sebelum ke Finlandia, beberapa brother dari Indonesia dan negara lain pun saya kontak untuk mencari informasi masjid untuk sholat dan makanan halal. Dari fesbuk, saya mendapatkan brother Indonesia yang kuliah di Universitas Oulu, seorang alumni UI, bersama istrinya tinggal di kota Oulu. Sedangkan, dari brother teman di Lab asal Indonesia, saya dihubungkan beberapa brother staf dan mahasiswa juga Universitas Oulu dari Maroko dan Pakistan.

Setelah berkoordinasi dengan agen perjalanan langganan sensei, akhirnya kami sepakat untuk menggunakan penerbangan Finnair dari Kansai ke Helsinki kemudian ke Oulu. Akan tetapi, karena pesawat ada di pagi hari, akhirnya saya perlu menginap semalam di hotel sekitar bandara Kansai.

Jasa kereta ekspress dari stasiun Komatsu ke bandara Kansai non-reserved tempat duduk seharga 2,380 JPY sedangkan jasa rel kereta dengan rute yang sama ditambah dari stasiun Kansai ke stasiun Rinku-Town untuk menginap semalam seharga 4,180 JPY, sehingga total biaya 6,560 JPY.

Tiket Kereta Ekspress

Jam 2 siang masih keliling kampus JAIST bersama anak-anak. Kemudian tiba di stasiun Komatsu jam 4 sore. Nama Komatsu mengingatkan sebuah papan bertuliskan Komatsu di kantor alat berat yang terletak di Bandar Lampung, sering saya baca sejak kecil ketika melewati kantor tersebut. Stasiun Komatsu di kota Komatsu ini pun bersanding dengan kantor besar alat berat Komatsu. Begitu juga sebuah kendaraan raksasa yang biasa ada di pertambangan pun terpajang di sana berwarna kuning beridiri dengan gagahnya. Kami pun dapat menaiki kendaraan tersebut di hari libur.

Akhirnya setelah makan malam di Bandara Kansai, makan malam dulu di mie udon tersertifikasi halal. Kemudian naik kereta lagi, dan tiba di Hotel jam 7 malam untuk istirahat satu malam. Pagi hari jam 8 sudah siap di shuttle bus menuju bandara Kansai, Osaka. Tertera di tiket boarding jam 10:05 pagi. Kemudian terus jalan menuju North International Departures.

Alhamdulillah belum jam 9:26 pagi sudah standby menunggu boarding di sekitar Gate 6 Bandara. Rumus 2 jam sudah di bandara sebelum boarding memang selalu dipakai agar tidak terburu-buru. Belum lagi ada proses imigrasi yang memerlukan waktu. Sambil menunggu, cek dan recek tiket, serta jadwal sholat dan cuaca di Oulu.

Terlihat rombongan anak SMU Jepang berkumpul di dekat tempat dudu saya. Sepertinya mereka akan melakukan studi tour ke Finlandia.

Pemandangan dari kapal Finnair, sekitar jam 1:56 PM waktu Jepang.

Akhirnya tiba di bandara kota Helsinki, Finlandia. Kami menaiki bus menuju ke dalam bandara untuk menunggu pesawat berikutnya ke Oulu.

Pesawat Finnair di Bandara Helsinki

Tiba di bandara Oulu Finlandia, wajah Indonesia sudah menunggu saya. Senang rasanya melihat wajah Indonesia di kota yang dekat kutub utara ini. Mei 2016, saat itu maghrib jam 11 malam, isya 12 malam, dan subuh 1 malam. Brother Indonesia memandu saya menaiki bus, turun di tengah kota, kemudian ke Hotel. Sengaja cari hotel yang paling dekat dengan Masjid Oulu dengan budget masih masuk sekitar 10 ribu yen per malam, jatah dari kampus. Hotel yang terpilih adalah Best Western Hotel Apollo, yang hanya berbeda dua blok dari Masjid Yusuf kota Oulu yang terletak di simpang Jalan Linnankatu dan Makelininkatu. Sedangkan Hotel Apollo terletak di Jalan Asemakatu. Hanya diselingi satu jalan yaitu Kajaaninkatu. Keluar dari pintu hotel, belok ke kanan menuju perempatan Jalan Makelininkatu kemudian belok kanan, menyebarang jalan Kajaaninkatu, mak tibalah di Masjid Yusuf kota Oulu, gedung apartemen empat lantain berwarna putih. Masjid terletak di lantai dasar.

Masjid Yusuf di kota Oulu, Finlandia

Setelah menaruh barang-barang, kami sholat di Masjid Oulu, kemudian mencari Kebab halal untuk makan, dan jalan keliling kaki keliling pusat kota Oulu.

Masjid Oulu Finlandia

Setelah sarapan dengan berusaha menyeleksi yang halal, seperti biasa smoked salmon yang lezat. Pertama kali makan smoked Salmon ketika training di Bergen, Norwegia, Mei 2006. Tepat 10 tahun antara ke Bergen di Norwegia dengan Oulu di Finlandia. Walaupun saya kerja hampir 6 tahun di Ericsson asal Swedia, saya belum pernah ke Swedia satu kali pun. Negara yang saya datangi untuk training dan meeting ketika kerja di Ericsson adalah Norwegia, Jerman, Thailand, dan Malaysia. Smoked Salmon, sangat lezat. Sensei sering membawa Smoked Salmon dari Finlandia ketika pulang ke JAIST. Kami juga kadang beli Smoked Salmon di toko Marue, Tsurugi dekan kampus JAIST. Untuk memenuhi perut, akhirnya bolak-balik ambil smoked Salmon sampai dirasa cukup puas untuk Sarapan.

Smoked Salmon, Jeruk, Timun, dan Salada, sebagai menu sarapan.

Kemudian berangkat jalan kaki ke venue konferensi ditemani mentari pagi. Walaupun sebenarnya matahari seperti tidak pernah hilang, walaupun malam hari hanya sekejap selama 3 jam, tetap saja langit tidak begitu gelap. Tempat venue konferensi adalah Lapland Hotel. Hotel ini lebih mahal dari budget yang diberikan oleh kampus sehingga tidak dipilih untuk tinggal di sini. Sebelum masuk ke dalam gedung, seflie dulu di depan tulisan European Wireless 2016.

Hotel Lapland, Venue Konferensi European Wireless 2016.
Hari Pertama di Tempat Konferensi European Wireless 2016

Kaki melangkah masuk melalui pintu utama hotel Lapland. Sebelah kiri, kami disambut oleh panitia dengan meja yang sudah disediakan tas kecil, pena dari Universitas Oulu, buku program konferensi yang berisi penjelasan, sambutan, jadwal presentasi, dll. Hari pertama ini, kami disuguhi dengan hasi penelitian dari kerja sama penelitian Jerman dan Jepang mengenai kanal baru untuk gelombang milimeter. Saya kenal dengan dua orang profesor dari Jepang tersebut, tepatnya seorang full professor dan seorang lagi associate professor. Mereka berdua ada rekan atau partner kerja kami di proyek Gollera.

Malam hari, kami peserta konferensi European Wireless diundang oleh pemerintah Oulu untuk dinner atau makan malam di city hall. Mereka memperkenalkan dan mempromosikan kota Oulu sebagai kota yang sedang tumbuh pesat dan juga pusat teknologi. Walaupun makan malam ini tetap saja terasa siang hari karena matahari masih terang waktu asar.

20 Mei 2019

Sore hari sekitar jam 6 sholat asar di Masjid Yusuf kota Oulu. Setelah selesai sholat, menikmati cahaya matahari sore yang masuk melalui jendela menyinari sejadah dan mimbar sambil muroja’ah.

Maghrib masih lama, sekitar jam 11 malam. Sambil melihat peta di Google Map, dibuatlah untuk memutari kota Oulu di sekitar Masjid hingga maghrib. Perjalanan dimulai dari keluar pintu Masjid, jalan kakik menikmati matahari sore terus ke utara menyusuri Jalan Linnankatu melewati pom bensin, hotel Lapland, hingga ke jembatan untuk menyebrangi sungai. Kemudian menyelurusi Jalan Merikosken sillat hingga ke stadion olah raga.

Bersambung …

Dipublikasi di Tidak terkategori | 2 Komentar

TPC Member dari IEEE 5G World Forum


Dr. Reza has been assigned as member of Technical Program Committee (TPC) of IEEE 5G World Forum, the flagship event of the IEEE Future Networks Initiative, since 2018 – 2019. There are only two scholars from Indonesia involved, i.e., Associate Professor Dr. Eng. Khoirul Anwar from Center for Advanced Wireless Technologies (Adwitech), Telkom University, and Muhammad Reza Kahar Aziz, PhD from Center for Intelligent Geolocation and Wireless Communications (iGlowcom), Electrical Engineering, Institut Teknologi Sumatera (ITERA). The first event was held on July 9-11, 2018 in Santa Clara, CA, USA. Then, the second event was held on September 30 – October 2, Dresden, Germany.


http://www.jkjmanagement.com/5gwf19-4/tpc.html

https://ieee-wf-5g.org/past-events/

Dipublikasi di Tidak terkategori | Meninggalkan komentar

Selamat Farras Nilai USBN atau UN SD dengan rata-rata 93.5 peringkat ke-9 di SDIT Baitul Jannah Bandar Lampung


Ketika Farras kelas 5 SD, saya menceritakan dirinya bahwa ketika saya menjelang naik kelas 3 SMU, saya membeli buku tebal persiapan UMPTN dengan sampul bergambar Aula Barat ITB. Saya belajar selama setahun dari buku-buku Soal UMPTN sehingga hasil tryout saya tembus di atas 70 persen. Saat itu tahun 1999 prediksi passing grade tertinggi di Indonesia dipegang oleh Teknik Elektro ITB sebesar 64 persen. Jadi dengan hasil prediksi try-out saya bisa diterima di jurusan apa saja di seluruh Indonesia. Akhirnya saya memilih Teknik Elektro ITB.

Kemudian saya menceritakan ke Farras, untuk menambah semangat, bahwa di NEM SD, saya mendapatkan nilai sempurna atau perfect untuk Matematika yaitu 10 dari nilai maksimum 10. Karena Bahasa Indonesia saya kecil hanya mendapatkan nilai 6 koma, maka total NEM saya hanya sekitar 43 saja dari maksimum 50 untuk 5 mata pelajaran Matematika, PMP, Bahasa Indonesia, IPA, dan IPS, sehingga rata-rata nilai tidak mencapai 9. Sedangkan untuk dapat masuk ke SMPN 2 Bandar Lampung yang Favorit saat itu tahun 1993 mensyaratkan minimal NEM 45 atau rata-rata 9.

Setelah memompakan semangat ke Farras, kami bawa Farras untuk beli buku persiapan USBN atau Ujian Nasional dengan harapan Farras belajar selama setahun. Ternyata Farras masih perlu waktu untuk mulai serius belajar soal-soal tersebut, sehingga kira-kira Farras hanya belajar setengah tahun dari soal-soal di buku tebal tersebut di luar belajar rutin di kelas. Hasilnya, Alhamdulillah Masya Allah, kami juga tidak menyangka, bahwa nilainya lebih besar dari Bapaknya yaitu 93.5 atau untuk sekala puluhan yaitu 9.35. Bapaknya tidak bisa sampai rata-rata 9. Bapaknya hanya menang di nilai Matematika yang 10. Nilai Farras Alhamdulillah tertinggi ke-9 di Sekolahnya SDIT Baitu Jannah, Bandar Lampung.

Saya bilang ke Farras, jika Farras belajar selama setahun mungkin nilai Farras bisa terbaik se-Lampung 🙂 Aamiin

Dipublikasi di Tidak terkategori | Meninggalkan komentar

Menulis Persamaan (Equation) pada Tulisan Ilmiah Secara Profesional


Berikut ini adalah guideline (panduan) yang ditemukan di dalam template IEEE Access tentang bagaimana menulis persamaan atau equation yang tepat. Tanda quote ” ” dipakai bahwa kalimat tersebut copy paste dari panduan tersebut. Beberapa command atau perintah merupakan bagian dari LaTex. Sebenarnya panduan ini ada dalam bentuk paragraf. Akan tetapi, pada tulisan ini, tiap kalimat saya pisahkan menjadi poin-poin tersendiri untuk dibahas lebih detail.

1) “Number equations consecutively with equation numbers inparentheses flush with the right margin, as in (1).”

Nomor persamaan (equation number) diletakkan pada sebelah ujung kanan kolom. Sedangkan letak persamaan berada pada tengah kolom. Persamaan tersebut dengan nomornya ditulis secara berurutan dan sejajar dalam satu baris. Jika persamaan terdiri lebih dari satu baris maka nomornya ditulis sejajar dengan baris tengah persamaan. Contohnya dapat dilihat pada (1) poin keempat di bawah ini.

Apabila kita menggunakan fungsi \begin{equation} \end{equation} pada LaTex maka susunan penulisan dengan nomornya sudah tertata rapi secara otomatis.

2) “To make your equations more compact, you may use the solidus ( / ), the exp function, or appropriate exponents.”

Suatu artikel pada tulisan ilmiah pada jurnal maupun prosiding seminar memiliki ruang yang terbatas. Kita dapat membuat suatu persamaan menjadi lebih padat ringkas dengan menggunakan tanda solusi ( / ) untuk pecahan, fungsi eksponen yang ringkas seperti exp( ) daripada e^{ }, dll. Fungsi e^{ } akan menghasilkan penulisan dalam bentuk pangkat sehingga memerlukan tambahan ruang karena operator ^ di dalam LaTex merupakan untuk menulis pangkat.

3) “Use parentheses to avoid ambiguities in denominators.”

Tulisan karya ilmiah juga harus crystal clear, yaitu jelas, jernih, bersih, bagaikan suatu kristal yang bening. Tidak ada tempat untuk suatu yang ambigu yaitu kalimat yang membuat pembaca bingung maksudnya. Oleh karena itu, di dalam menulis persamaan, salah satu cara untuk menghindari ambigu pada saat penulisan penyebut dalam suatu pecahan adalah menggunakan tanda dalam kurung ( ). Sebagai contoh adalah A=(B/C)/D.

4) “Punctuate equations when they are part of a sentence, as in

E = m \cdot c^2.              (1)

Hal ini merupakan salah satu yang paling banyak ditemukan sebagai kesalahan umum atau common mistake. Banyak penulis yang tidak menuliskan tanda baca pada suatu persamaan. Seolah persamaan bukanlah suatu bagian dari kalimat melainkan berdiri sendiri. Pemberian tanda baca berupa titik maupun koma menunjukkan bahwa persamaan adalah bagian dari suatu kalimat.

Pernah juga ada penulis yang diberi komentar oleh pemeriksa (reviewer) agar memberikan tanda baca pada persamaan yang ditulisnya. Ketika makalah yang direvisi oleh penulis sudah diserahkan ulang (resubmit), ternyata tanda baca titik dan koma ditulis setelah nomor persamaan. Perlu diketahui bahwa nomor persamaan bukan bagian dari kalimat. Akan tetapi, persamaan tersebutlah yang merupakan bagian dari kalimat.

Jika persamaan tersebut ada di akhir kalimat maka berikanlah tanda baca titik seperti yang ditunjukkan pada (1). Perlu diketahu bahwa di dalam (1) tersebut adalah fungsi LaTex \cdot yang merupakan operator perkalian dalam bentuk titik yang posisinya ada pada tengah vertikal.

Sedangkan jika persamaan belum selesai karena dilanjutkan dengan kata “dimana” atau “where” karena kita ingin segera (immediately) menuliskan definisi tiap simbol dalam persamaan tersebut maka di akhir persamaan diberikan tanda baca koma.

5) “Be sure that the symbols in your equation have been defined before the equation appears or immediately following.”

Para penulis juga sering terlewat dalam mendefinisikan simbol yang dipakainya saat menulis persamaan. Padahal kita perlu menuliskan definisi semua simbol sebelum simbol itu muncul dalam suatu persamaan atau langsung ditulis setelah persamaan tersebut. Jika seluruh simbol sudah dituliskan definisinya, maka biasanya suatu persamaan diakhiri dengan tanda baca titik. Sedangkan jika definisi baru langsung ditulis setelah persamaan maka di akhir persamaan diberikan tanda baca koma dan diikuti kata “dengan” atau “where”.

Ada suatu kebiasaan yang banyak ditemukan dalam menuliskan definisi simbol yang mengikuti setelah persamaan dengan bentuk list simbol, bukan dalam bentuk paragraf. Oleh karena itu, saya minta ke penulis agar melihat artikel pada IEEE Transaction bagaimana cara menulis definisi simbol. Sebagai contoh yang salah adalah

d = c \cdot t          (2)

d = jarak (m)
c = kecepatan cahaya (3 \cdot 10^8 m/detik)
t = waktu (detik)
yang seharusnya ditulis sebagai

d = c \cdot t,          (2)

dimana d adalah jarak dalam satuan m, c adalah kecepatan cahaya yang bernilai 3 \cdot 10^8 m/detik, dan t adalah waktu dalam satuan detik.

Jika ditulis dalam bahasa Inggris maka menjadi

d = c \cdot t,          (2)

where d is the distance in the unit of m, c is the velocity of light in 3 \cdot 10^8 m/s, and t is the time in the unit of s. Kata “is” bisa juga diganti dengan “denotes” sebagai variasi.

Bentuk variasi lain dalam menulis definis juga bisa dengan urutan dan diakhir dengan kata “, respectively”. Perlu tanda baca koma sebelum “respectively”, dimana masih ditemukan penulis yang lupa menuliskan tanda baca koma. Contohnya dapat dilihat berikut ini,

d = c \cdot t,          (2)

where d, c, and t are the distance in the unit of m, the velocity of light in 3 \cdot 10^8 m/s, and the time in the unit of s, respectively.

Penulisan definisi simbol dalam bentuk paragraf menunjukkan suatu bentuk penulisan yang profesional. Sedangkan penulisan definisi simbol dalam bentuk list membuat pembaca berfikir seperti dalam kondisi mengerjakan latihan soal atau ujian yang menggunakan rumus seperti matematika, fisika, dan lainnya.

6) “Italicize symbols (\textit{T} might refer to temperature, but T is the unit tesla).”

Begitu juga masalah penulisan simbol terutama di dalam kalimat biasa, bukan di dalam persamaan, banyak ditemukan simbol ditulis bukan dalam italic. Biasanya saya akan meminta penulis untuk mengganti font untuk simbol dengan italic atau dalam LaTex ditulis dalam $ $ yang merupakan penulisan simbol matematika. Jika penulis menggunakan words maka saya minta penulis memakai equation editor pada saat menulis simbol.

7) “Refer to “(1),” not “Eq. (1)” or “equation (1),” except at the beginning of a sentence: “Equation (1) is….””

Poin terakhir dari panduan IEEE Access dalam menulis persamaan adalah langsung saja menulis angka dari nomor persamaan tersebut dengan di dalam kurung yaitu “(1)” bukan dengan “Eq. (1)”, “equation (1)”, atau dalam bahasa Indonesia “persamaan (1)”. “Equation (1)” atau “Persamaan (1)” dipakai jika digunakan pada awal kalimat. Hal ini mirip dalam menuliskan nomor gambar yaitu “Fig. 1” kecuali di awal kalimat menggunakan “Figure 1”.

Sebagai tambahan selain dari poin-poin di atas, beberapa hal lain yang perlu diperhatikan adalah pisahkan antara satuan dengan nilainya dengan satu spasi, contohnya 2 m bukan 2m. Untuk penulisan luas maka tulislah 3 m x 3 m bukan 3 x 3 m^2.

Semoga tulisan ini dapat sedikit membantu para penulis pemula dalam Karya Ilmiah untuk memulai suatu persamaan dengan profesional sehingga tidak diminta oleh reviewer untuk merevisi tulisannya.

Dipublikasi di Tidak terkategori | Meninggalkan komentar